APRESIASI PROSA FIKSI
ANALISIS UNSUR INTRINSIK PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA
ANDREA HIRATA.
Disusun Oleh :
NURHAYATI (136210938)
KELAS : 4 E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM
RIAU
PEKANBARU
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah Swt yang sudah memberi taufik, serta hidayah-nya, sehingga kita
semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya. Termasuk juga
dengan saya,, hingga saya bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah Apresiasi
Prosa Fiksi dalam menganalisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dengan baik
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain.
Makalah ini berisi
mengenai unsur intrnsik dan kisah inspiratif dari anak-anak yang kurang mampu
namun memiliki semangat yang tinggi dalam dunia pendidikan. Makalah ini disusun
supaya para pembaca bisa menambah wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan
seperti yang kami sajikan di dalam susunan makalah yang ringkas, mudah untuk
dibaca serta mudah dipahami.
Akhirnya saya sebagai penulis,
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Rahayu, M.Pd selaku dosen pemangku mata
kuliah Apresisi prosa Fiksi yang telah sudi membagikan ilmunya dalam
penyelesaian tugas individu ini. Salah dan khilaf mohon dimaafkan.
Pekanbaru,
31 Maret 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................ 2
1.3.Tujuan dan Manfaat ........................................................ 2
Bab II Isi
2.1. Identitas
Buku ................................................................. 3
2.2.
Sinopsis............................................................................. 4
Bab III Pembahasan
3.1. Tema................................................................................. 8
3.2. Latar atau
setting.............................................................. 8
3.3. Sudut
pandang.................................................................. 15
3.4.
Penokohan........................................................................ 16
3.5. Gaya bahasa
atau majas................................................... 22
3.6. Alur atau
Plot.................................................................... 23
3.7. Amanat
............................................................................. 24
Bab IV Penutup
4.1.
Kesimpulan........................................................................ 25
4.2. Saran................................................................................... 25
Daftar
Pustaka...................................................................................... 26
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali pelajar yang tidak bisa membedakan antara
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Mereka hanya sekedar membaca tanpa
memahami unsur pembangun karya sastra ini. Bahkan diantara mereka menganggap
unsur ektrinsik maupun intrinsik itu sama saja. Dalam pembahasan kali ini
penulis ingin menguraikan tentang unsur intrinsik sebuah novel. Unsur intrinsik
(intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut
serta membangun cerita (Nurgiyantoro, 1995:23).
Cara mengetahui unsur intrinsik adalah dengan cara membaca sebuah
karya sastra. Permasalahannya adalah kita harus mengetahui adalah apa-apa saja yang termasuk ke dalam unsur-unsur
intrinsik dalam karya sastra, jangan sampai tertukar dengan unsur-unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik itu diantaranya adalah tema, alur, penokohan, sudut
pandang, amanat, gaya bahasa dan latar atau setting.
Novel ini saya pilih karena kisahnya yang inspiratif. Perjuangan
dalam pendidikan tanpa kenal lelah, penuh semangat dan tanpa pamrih. Baik sifat
yang lahir dari sang guru maupun dari murid-murid SD Muhammadiyah, sepuluh
anggota Laskar Pelangi.
Tujuannya adalah agar pembaca mengetahui apa itu unsur intrinsik,
apa-apa saja yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik dan nilai atau amanat
yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi ini. Selanjutnya agar pembaca mau
menghargai pendidikan, karena pendidikan ini sangat penting. Anak-anak SD
Muhammadiyah rela berjuang dengan kondisi sekolah yang tidak layak hanya untuk
menimba ilmu. Pengabdian guru yang sangat luar biasa yang patut dicontoh oleh
seluru guru, khususnya yang masih dalam tahap belajar menjadi seorang guru atau
calo guru.
Untuk pengertian dan teori yang menjelaskan tentang unsur
intrinsik, saya lebih cenderung mengambil dari buku teori pengkajian Fiksi
karya Burhan Nurgiyantoro. Selingannya adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Pembahasan Karya Fiksi dan puisi karya UU hamidy. Untuk mengindari plagiat,
maka penulis tidak mencantumkan siapa-siapa saja yang pernah menganalisis novel
ini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka penulis menyimpulkan rumusan masaalah
adalah sebagai berikut:
1.2.1.
Apa
yang dimaksud dengan unsur intrinsik?
1.2.2.
Apa
saja unsur yang termasuk ke dalam unsur intrinsik?
1.2.3.
Apa
yang dimaksud dengan Laskar pelangi?
1.2.4.
Siapa-siapa
saja tokoh utama dari novel Laskar pelangi dan bagaimana sifat-sifat mereka?
1.3.Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan ini sangat sederhana, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.3.1.
Mengetahui
apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik.
1.3.2.
Mengetahui
apa saja unsur yang termasuk ke dalam unsur intrinsik.
1.3.3.
Mengetahui
apa yang dimaksud dengan Laskar pelangi.
1.3.4.
Mengetahui
siapa-siapa saja tokoh utama dari novel Laskar pelangi dan sifat-sifat mereka.
BAB II ISI
A.
Identitas
Buku
1.
Nama
Pengarang : Andrea Hirata
2.
Judul
Novel :
Laskar Pelangi
3.
Tahun
Terbit :
2007
4.Tempat Terbit/ Cetakan : Yogyakarta/ 14
5. Penerbit : Bentang
6. Tebal Novel : 534 halaman
7. Kelemahan dan Keunggulan Novel :
kelemahan dari novel ini adalah banyak menggunakan kata-kata yang sulit
dipahami berupa bahasa asing yang ada di dalamnya, namun meskipun demikian
pengarang telah memberikan glosarium untuk kata-kata sulit dibagian akhir buku.
Kelemahan lainnya yaitu tidak adanya profil pengarang secara rinci, yang ada
hanya penghargaan yang pernah diterimnya dari novel best seller ini. Sedangkan
keunggulan dari novel ini adalah kisahnya yang inspiratif, penuh perjuangan dan
pengabdian tanpa kenal lelah serta arti persahabatan yang tulus bagi sekumpulan
anggota Laskar pelangi. Buku ini juga merupakan buku best seller karya
Andrea Hirata yang banyak dijadikan judul Skripsi dan Tesis bagi mahasiswa yang
akan mendapatkan gelar sarjana. Sebagai bentuk terimakasih pengarang, buku ini
juga dipersembahkan untuk ibu gurunya, Ibu Muslimah Hafsari dan Bapak kepala
sekolah, Bapak Harfan Effendy Noor juga sepuluh sahabat masa kecilnya anggota
Laskar pelangi.
B.
Sinopsis
Kisah persahabatan Laskar Pelangi berawal dari pendaftaran di
sekolah Muhammadiyah. Sekolah yang sangat miskin dan bahkan tidak layak disebut
sebagai sekolah karena bangunannya yang hampir roboh. Sekolah terancam ditutup
jika siswa yang mendaftar tidak sampai sepuluh orang. Dengan harap-harap cemas
Pak Harfan dan Ibu Mus selaku kepala sekolah dan guru di SD tersebut terus
memandangi jalan raya berharap ada siswa yang akan mendaftar lagi. Mereka
menunggu sampai pukul 11. Ketika waktu yang ditentukan akan berakhir pak Harfan
memulai pidatonya untuk menutup sekolah. Betapa kecewanya hati anak-anak yang
baru akan bersekolah tepi sekolah tersebut terancam ditutup. Untunglah ada
Harun, anak terbelakang mental ini diantarkan oleh Ibunya untuk bersekolah,
daripada ia di rumah tapi selalu mengejar-ngejar anak ayam ibunya. Harun adalah
penyelamat bagi mereka semua yang ingin mengenyam dunia pendidikan ditengah
kemiskinan yang dihadapi.
Hari-hari berikutnya mereka belajar. Mereka diberi tempat duduk
sesuai kemiripan wajah mereka selama sembilan tahun. Mereka adalah Ikal,
Lintang, Trapani, Syahdan, Sahara, Mahar, Borek, A Kiong, Harun dan Kucai.
Hanya Sahara lah wanita satu-satunya di kelas mereka. Kucai selalu ditunjuk
untuk jadi ketua kelas. Sebenarnya dia sudah muak karena harus mengurusi
orang-orang miskin yang susah diatur ini. Namun setiap kali pemilihan ketua
kelas berlangsung, namanyalah yang selalu mendapat banyak suara. Akhirnya dia
tidak dapat menolak amanah yang diberikan Bu Mus kepadanya.
Setelah lama berteman, mereka telah paham dengan sifat teman-teman
mereka. Diantara yang Lain, Lintang dan Mahar lah yang paling pintar di kelas.
Lintang intar dalam bidang mata pelajaran. Sedangkan Mahar pintar dalam
kesenian dan memunculkan ide-ide cemerlangnya. Smentara yang lain hanya sebagai
pelengkap di kelas tersebut, tidak pandai-pandai benar. Karena kepandaian
merekalah yang membuat guru dan teman-teman terkagum-kagum terutama pada
Lintang yang harus mengayuh sepede delapan puluh kilo meter setiap hari. Namun
tak pernah sekalipun dia membolos sekolah. Semangatnya sungguh luar biasa.
Suatu hari, ada acara karnaval yang diadakan untuk memperingati
HUT-RI setiap Agustus. Setiap sekolah wajib ikut lomba, tidak terkecuali SD
Muhammadiyah. Mereka minder untuk ikut karena pakaian yang mereka kenakan
tidaklah sebagus pakaian yang dikenakan sekolah lain. Tapi untung ada mahar.
Dengan segala ide dan kreasinya yang cemerlang, mereka berhasil memenangkan
perlombaan karnaval antar sekolah itu. Acara yang paling bergengsi dan membuat
mereka tidak akan dihina lagi.
Di hari lain, ada seorang gadis tomboi bernama Flo pindah sekolah
ke SD Muhammadiyah. Dia orang kaya yang ingin bersekolah di sana karena rasa
terimakasihnya kepada anggota Laskar Pelangi yang telah menyelamatkan nyawanya ketika
tersesat di hutan. Sahara sangat senang akhirnya memiliki teman perempuan juga
setelah sembilan tahun dia hanya satu-satunya bidadari di kelas tersebut. Alasan
lain kepindahan Flo adalah karena rasa kagumnya pada Mahar yang pemberani dan
suka pada kegiatan perdukunan. Semakin hari mereka semakin dekat saja sehingga
banyak yang beranggapan kalau mereka berpacaran. Mereka berdua adalah dua insan
yang sama-sama suka pada hal yang berbau mistis. Sangat konyol sekali.
Selain lomba karnaval. Juga diadakan lomba kecerdasan antar
sekolah. Ikal, Lintang dan Sahara yang menjadi wakil dari sekolah Muhammadiyah.
Ketika memasuki ruangan, badan mereka panas dingin karena melihat persiapan
dari sekolah lain yang begitu matang dan buku-buku yang mereka bawa semuanya lengkap,
bahkan belum pernah anak-anak Muhammadiyah ini melihatnya. Rasa minder kembali
muncul dihati mereka kalau-kalau mereka tak mampu menjawab bahkan akan membuat
sekolah semakin dipermalukan. Karena baru sekali ini sekolah kampung diundang
untuk mengikuti perlombaan tersebut.
Namun setelah perlombaan dimulai, keadaan berubah seratus delapan
puluh derajat. Lintang yang sedari tadi hanya diam mematung tiba-tiba tidak
pernah memberi kesempatan kepadaa lawan untuk menjawab pertanyaan. Semuanya
berhasil dia jawab dalam waktu kurang dari tujuh detik bahkan sebelum dewan
juri selesai membacakan pertaanyaan. Semua mata tertuju pada anak kamoung yang
cerdas ini. Suporter dari SD Muhammadiyah melonjak kegirangan. Bahkan Lintang
sempat berdebat dengan guru asal SD PN yang terkenel pandai itu karena
menganggap jawaban yang diberikan Lintang salah. Akhirnya guru yang sombong itu
berhasil dipermalukan.
Dengan kecerdasan Lintang mereka berhasil menjuarai lomba
kecerdasan tersebut. Ibu Muslimah dan Pak Harfan, serta pasukan SD Muhammadiyah
terharu dan mengarak Lintang keliling kampung. Ini adalah kemenangan pertama
setelah dua puluh tahun sekolah mereka berdiri tanpa gelar juara apapun. Semua
ini berkat Lintang yang kecerdasannya lahir secara alami. Ini membuktikan bahwa
meskipun mereka hanya sekolah yang berasal dari kampung tidak sembarangan bisa
dihina terus menerus.
Setelah kemenangan itu, mereka banyak berpetualang berkat ide-ide
gila Mahar. Mereka pergi kesuatu tempat yang paling angker di Belitong yaitu
gunung apit. Menurut Mitos gunung ini adalah ular yang melilit dan tidur
sepanjang tahun dan baru akan bangun ketika hari kiamat nanti. Selain itu
mereka mempertaruhkan nyawa pergi ke Pulau Lanun tempat tinggal Tuk Bayan Tula,
hanya demi ingin mendapatkan nilai bagus. Tuk Bayan pun menulis pesan yang
boleh dibuka setelah sampai di rumah. Betapa terkejutnya mereka ketika isi dari
gulungan kertas itu adalah “jika ingin pintar, harus rajin membaca”.
Saat mereka sudah hampir lulus, tragedi menyedihkan justru menimpa
Lintang. Berhari-hari dia tidak masuk sekolah karena ayahnya meninggal dan
mengharuskan Lintang berhenti sekolah karena harus menanggung beban sebagai
tulang punggung keluarga. Mereka pun berpisah akhirnya berpisah. Ikal benci
pada keadaan ini yang tak mampu membantu sahabatnya itu. Semua tak ada yang
bisa membantu karena mereka juga sama-sama berasal dari keluarga yang tidak
mampu. Bu Mus sedih karena harus melepas muridnya yang pandai luar biasa ini.
Dua belas tahun kemudian keadaan berubah. Ikal yang dahulu bekerja
sebagai tukang pos mendapat beasiswa untuk sekoalah keluar negeri. Trapani
menjadi setengah gila karena segalanya harus bergantung pada ibunya. Sahara
menikah dengan A Kiong yang menjadi muallaf dan membuat toko yang pegawainya
adalah Borek. Lintang sang bintang kami akhirnya bekerja sebagai supir truk
untuk mengangkut pasir yang diambil dari pantai. Syahdan menjadi aktor sesuai
cita-citanya meskipun hanya aktor figuran. Mahar yang dahulu menganggur
sekarang menjadi narasumber budaya.
Harun yang dahulu pria kecil yang terperangkap dalam tubuh orang
dewasa sekarang justru sebaliknya, dia adalah pria dewasa yang terperangkap
dalam tubuh anak kecil. Sahara dan A Kiong yang sering mengunjungi Harun.
Itulah kehidupan, tidaka ada yang tahu dan bisa meramalkan akan menjadi apa
kita nanti dan siapa yang akan sukses diantara mereka. Begitulah kisah
persahabatan Laskar Pelangi. Meskipun sibuk dengan urusan pekerjaan dan
kehidupan masing-masing, mereka masih tetap sama, sekumpulan makhluk yang tetap
menjaga persahabatan dalam keadaan apapun.
BAB III PEMBAHASAN
Analisis Unsur Intrinsik Novel Laskar Pelangi Karya Andrea
Hirata
1.
Tema
Menurut Santons (1965:20) dan menurut Kenny (1966:88) dalam
Nurgiyantoro (1995:66) tema adalah makna yang dikandung dalam sebuah cerita.
Sedangkan menurut KBBI tema adalah pokok pikiram, dasar cerita dipakai dasar
mengarang, mengubah sajak, dsb (Depdiknas, 2008:1429).
Menurut saya, tema yang terkandung dalam novel Laskar pelangi
adalah “ persahabatan yang tulus untuk sebuah cita-cita”. Hal ini bisa
dibuktikan pada novel halaman 342-344, yaitu “ Jika aku menengok sahabat
sekelasku mereka juga memiliki cita-cita yang istimewa. Sahara misalnya, ia
ingin menjadi pejuang hak asasi wanita. A Kiong ingin menjadi kapten kapal,
mungkin karena ia senang bepergian, atau mungkin topi kapal yang besar itu
untuk menutupi kepala kalengnya itu. Kucai ingin menjadi politisi karena ia
sosok yang cerdas dan bermulut besar. Syahdan ingin menjadi aktor. Sedangkan
Mahar sendiri mengaku bahwa ia mampu menerawang masa depannya. Cita-cita yang
paling sederhana adalah milik Borek atau Samson, ia memang pesimis dan hanya
ingin menjadi tukang sobek karcis sekaligus sekuriti di bioskop kicong karena
ia bisa dengan gratis menonton film. Adapun trapani yang baik dan tampan ingin
menjadi guru. Ketika kami bertanya pada Harun, apa cita-citanya ia menjawab
kalau besar nanti ia ingin menjadi Trapani. Lintang sendiri bercita-cita
menjadi seorang matematikawan”. Persahabatan ini juga bisa kita lihat pada
halaman 393 tentang persahabatan, yaitu “ Adapun orang lain dari kejauhan hanya
akan melihat ikatan persahabatan Laskar Pelangi yang demikian indah”
2.
Latar
atau setting
Latar atau setting yang disebut sebagai landasan tumpu, menyaran
pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tentang tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175 dalam
Nurgiyantoro, 1995 : 216).
Dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, ada beberapa
latar yang penulis temukan, diantaranya:
2.1..Latar tempat
2.1.1.
Di
sekolah
Pagi
itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas.
Hari itu adalah hari yang agak penting: hari pertama masuk SD.
2.1.2.
Di
laut
Pada
halaman 11 kita dapat menemukan latar tempat di laut, yaitu: “Cuaca cenderung
memburuk, akhir-akhir ini maka hasil melaut tak pernah memadai. Apalagi ia
hanya semacam petani penggarap, bukan karena ia tak punya laut, tapi karena ia
tak punya perahu”
2.1.3.
Tanjong
Kelumpang, bisa kita temukan pada halaman 11 yaitu “keluarga Lintang berasal
dari Tanjong kelumpang, desa nun jauh dipinggir laut”
2.1.4.
Laut
Bisa
dilihat pada halaman 98 yaitu, “beranda itu sendiri merupakan bagian dari gubuk
panggung dengan tiang-tiang tinggi untuk berjaga-jaga jika air laut pasang
hingga meluap jauh ke pesisir”
2.1.5.
Pulau
Belitong
Bisa
dilihat pada halaman 98 yaitu “ adapun gubuk ini merupakan bagian dari
pemukiman komunitas orang Melayu Belitong yang hidup disepanjang pesisir,
mengikuti kebiasaan leluhur mereka para penggawa dan kerabat kerajaan”
2.1.6.
Di
sungai
Bisa
dilahat pada halaman 167 yaitu “ berarti lebar sungai ini paling tidak 30 meter
dan dalamnya hanya Tuhan yang tahu. Alirannya meluncur deras tergesa-gesa,
tipikal sungai Belitong yang berawal dan berakhir di laut”
2.1.7.
Pangkalan
Punai
Tempat
ini tergambar dari novel halaman 179 yaitu “ Meskipun setiap tahun kami
mengunjungi pangkalan unai, aku tak pernah bosan degan tempat ini”. Selain itu
tempat ini juga tergambar pada halaman 181 yaitu “ pesona hakiki pangkalan
punai membaangiku menit demi menit sampai terbawa mimpi”
2.1.8.
Di
pasar
Tempat
ini tergambar pada halaman 199 yaitu “ pasar ini sengaja ditempatkan di tepi
sungai dengan maksud seluruh limbahnya, termasuk limbah pasar ikan, dapat
dengan mudah dilungsurkan ke sungai”
2.1.9.
Toko
Sinar Harapan
Tempat
ini adalah tempat di mana sekawanan anggota Laskar Pelangi selalu memberi kapur
ketika disuruh oleh bu Mus, tempat ini tergambar pada halaman 201 yaitu “ tokonya
lebih cocok disebut sebagai gudang rabat. Ratusan jenis barang yang bertumpuk
mencapai plafon dalam ruangan kecil yang sesak”. Hal lain yang menyatakan
tempat ini adalah pada halaman 455, yaitu “ Toko sinar harapan tak banyak
berubah. masih amburadul seperti dulu”
2.1.10.
Di
masjid
Angota
Laskar pelangi yang laki-laki suka tidur di masjid. Hal ini bisa kita lihat
pada halaman 284, yaitu “ Aku merangkak berlindung dibalik pilar takut ketahuan
Wak Haji yang sedang membuka jendela-jendela masjid. Sempat kulihat Lintang,
Mahat Syahdan, Trapani dan Harun terbirit-birit menyerbu tempat wudhu”
2.1.11.
Gunung
Semelur
Bisa
kita lihat pada novel halaman 290, yaitu “ sebagaiman biasanya Mahar mulai
berdongeng, menurutnya gunung selumar adalah seekor ular naga yang sedang
menggulung diri dan telah tidur panjang selama berabad-abad”
2.1.12.
Hutan
Genting Apit, bisa kita lihat pada halaman 389, yaitu
“ Suatu ketika mereka memasuki hutan gunung
apit, suatu tempat yang paling angker di Belitong”
2.1.13.
Pulau
Lanun, yaitu tempat tinggal Tuk Bayan Tula. Bisa kita temukan pada halaman 413,
yaitu “ Pulau Lanun!. Kami serentak berdiri terperangah dan tepat ketika beliau
selesai menyebutkan nama pulau itu terdengarlah suara lolongan segerombolan
anjing melengking-lengking mendirikan bulu kuduk, seperti menyambut tamu tak
diundang”
2.2. Latar waktu
2.2.1.
Pagi
“
kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD muhammadiyah dan sore untuk
SMP Muhammadiyah” bisa kita temukan pada halaman 17. Selanjutnya bisa kita
temukan pada halaman 83 yaitu “ pada sebuah pagi yang lain, pukul 10,
seharusnya burung kut-kut sudah datang”. Kemudian ada pada halaman 87 yaitu “
pagi ini Lintang terlambat masuk kelas. Kami tercengang mendengar ceritanya”.
Kita juga bisa lihat pada novel halaman 293, yaitu “ senin pagi yang cerah.
Sepucuk puisi yang dibungkus kertas putih bermotif kembang api”
2.2.2.
Sore
Pada
halaman 181, terlihat latar waktu yaitu “ sekitar pukul empat sore, sinar
matahari akan mengguyur barisan pohon cemara angin yang tumbuh lebat diundakan
bukit yang lebih tingggi disisi timur laut”. Waktu sore juga terlihat pada
halaman 272 yaitu “ inilah sore terindah dalam hidupku”
2.2.3.
Siang
hari
Pada
novel tergambar pada halaman 217 yaitu “ sekarang sudah hampir tengah hari,
udara semakin panas”
Waktu
siang lainnya bisa kita lihat pada halaman 322 yaitu “ pukul 11 siang sudah,
kami tiba disebuah batu cadas besar yang menjorok”
2.2.4.
Malam
Waktu
ini terlihat pada halaman 285, yaitu “ Malam minggu ini kami menginap di masjid
Al-Hikmah karena setelah solat subuh nanti kami punya acara seru, yaitu naik
gunung”
2.3.Suasana
Suasana
yang digambarkan dalam novel laskar pelangi sangat beragam, diantaranya:
2.3.1.
Cemas
Dalam
novel ini digambarkan suasana cemas. Bisa dilihat dari kutipan isi novel
halaman 2.
“
sembilan orang... baru sembilan orang Pamanda guru, masih kurang satu..., katanya gusar pada bapak kepala sekolah. Pak
Harfan menatapnya kosong, aku juga merasa cemas. Aku cemas karena melihat Bu
Mus yang resah dan karena beban perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuhku”
Kemudian
susana cemas juga digambarkan pada novel halaman 4 yaitu: “Bu Mus yang semakin
khawatir memancang pandangannya ke jalan raya diseberang lapangan sekolah
berharap kalau-kalau masih ada pendaftaran baru”
Suasana cemas juga ada pada halaman 5 yaitu:
“kita tunggu sampai pukul 11, “kata pak Harfan pada Bu Mus” dan seluruh orang
tua yang telah pasrah. Suasana hening”
Adapula
suasana cemas yang digambarkan pada halaman 173 yaitu “ kami menghambur kearah
Syahdan. Aduh, gawat, apakah ia pingsan? Atau gegar otak? Atau mlah mati?
Karena ia tak bernafas sama sekali dan ia tadi terpelanting seperti tong jatuh
ke dalam truk”
Suasana
cemas lainnya juga digambarkan pada halaman 309, yaitu “ Hari beranjak gelap
dan keadaan semakin mengkhawatirkan. Kabut tebal yang menyelimuti gunung sangat
menyulitkan usaha pencarian. Wajah setiap orang mulai kelihatan cemas dan putus
asa"
2.3.2.
Panik,
suasana ini bisa kita lihat pada novel halaman 174 yaitu “ kami semakin panik,
tak tahu harus berbuat apa. Aku terus menerus memanggil-manggil nama Syahdan,
tapi ia diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati”. Selanjutnya bisa
kita temukan pada halaman 363, yaitu “ kembali kami berada dalam situasi yang
mempertaruhkan reputasi. Lomba kecerdasan. Kami berkecil hati melihat
murid-murid SD sekolah PN membawa buku-buku teks yang belum pernah kami lihat”
2.3.3.
Bahagia,
tergambar pada halaman 247 yaitu “ Mahar diarak keliling kampung oleh warga
Muhammadiyah setelah sekolah menerima trofi bergengsi penampilan seni tebaik
tahun ini. Trofi yang telah dua puluh tahun kami idamkan dan selama itu pula
bercokol di sekolah PN. Baru pertama kali ini trofi itu dibawa pulang oleh
sekolah kampung. Trofi yang tak kan membuat sekolah kami dihina lagi”. Hal lain
yang menyatakan suasana senang adalah ketika Lintang dengan kecerdasannya
selalu menjawab pertanyaan dengan benar dalam waktu kurang dari 7 detik, terlihat pada halaman 370, yaitu “
seeeerrraaaattuuussss, ! lengking Benyamin S. Mendengar lengkingan benyamin
pendukung kami melonjak-lonjak kegirangan seperti orang kesurupan”. Selain itu
susana ini juga terlihat pada halaman 372, yaitu “ Ratusan penonton
terkagum-kagum. Warga Muhammadiyah berjingkrak-jingkrak sambil memeluk pundak.
Yang paling bahagia adalah Harun. Dia memang suka dengan keramaian”
2.3.4.
Kacau,
bisa kita lihat pada halaman 301 yaitu “ angin lembut ini tiba-tiba mengamuk
menjadi monster puting beliung dengan kecepatan 1000 kali lipat, 10.000 mph”
2.3.5.
Tegang,
suasana ini terlihat pada halaman 369, yaitu “ Suasana semakin tegang ketika
ketua dewan juri bangkit dari tempat duduknya memperkenalkan diri dan
menyatakan bahw alomba akan segera dimulai”
2.3.6.
Haru,
bisa kita lihat pada halaman 383, yaitu “ Kami adalah sekolah kampung pertama
yang memperoleh kemenangan. Air yang menggenang seperti kaca di mata Bu Mus dan
laki –laki cemara angin itu kini telah menjadi butir-butir yang berlinang, air
mata kemenangan yang mengobati harapan, pengorbanan dan jeri payah”
2.3.7.
Sedih,
karena ayah Lintang meninggal maka Lintang harus berhenti sekolah berpisah
bersama teman-teman dan gurunya. Hal ini bisa kita lihat pada halaman 430,
yaitu “ Ibunda guru, ayahku telah meninggal, besok aku akan ke sekolah. Slamku,
Lintang. Dibawah pohon filicium kami akan mengucapakan perpisahan. Aku
hanya diam. Hatiku kosong. Perpisahan belum dimulai tapi Trapani sudah menangis
terisak-isak. Sahara dan Harun bergandengan tangan sambil tersedu, sedu.
Samson, Mahar, Kucai, dan Syahdan berulang kali mengambil wudhu dengan tujuan
menghapus air matanya. A Kiong melamun sendirian tak mau diganggu. Flo yang
baru saja mengenal Lintang dan tak mudah terharu nampak muram, matanya
berkaca-kaca. Baru kali ini aku melihatnya menangis”
2.3.8.
Lucu,
terdapat pada akhir kisah novel Laskar pelangi, pada halaman 494, yaitu “ Demi
mendengar kata-kata itu Kucai yang tengah memamah biak sagon tak bisa menguasai
diri. Dia berusaha keras menahan tawa tapi tak berhasil sehingga serbuk kelapa
sagon terhambur kewajah Mahar, membuat jambul pengarang berbakat itu kacau
balau. Kucai berulang kali meminta maaf pada ibu Ikal, bukan pada Mahar, tapi
wajahnya mengangguk-angguk takzim menghadap ke Nur Zaman”.
3.
Sudut
Pandang
Sudut Pandang
atau point of view adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa
yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:248). Jadi
sudut pandang merupakan kedudukan pengarang di dalam sebuah tulisan atau
bagaimana posisi pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita. Dalam novel
Laskar Pelangi ini, kedudukan pengarang atau sudut pandang pengarang ialah
sebagai orang pertama, hal ini ditandai dalam novel tersebut menggunakan kata
ganti; aku, jadi gaya “aku” adalah seorang yang ikut terlibat di dalam cerita. Hal
ini bisa kita temukan salah satunya pada halaman 168 yaitu “ badanku gemetar
ketika aku melintas menuju pohon karet dengan cara menggeser-geserkan pengaman
tanganku yang mencekik tambang erat-erat. Aku bergelantungan seperti tentara
latihan perang”
4.
Penokohan
Penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita (Jones, 1968: 33 dalam Nurgiyantoro, 1995:165).
4.1.Bapak Harfan Efendy Noor
4.1.1.
Rela
berkorban, pada halaman 20 “ lebih menarik tentang pembicaraan orang-orang
seperti apa yang rela menghabiskan hidupnya bertahan di sekolah semacam ini.
Orang-orang itu tentu saja kepala sekolah kami, pak Harfan”. Selain itu sifat
pak Harfan yang rela berkorban bisa kita lihat pada halaman 21 yaitu “ pak
Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah tanpa imbalan
apapun demi motif syiar Islam”
4.1.2.
Pandai
bercerita “lalu pak Harfan mendinginkan suasana dengan berkisah tentang
penderitaan tekanan yang dialami seorang pria bernama Zubair bin Awam. Pak
Harfan menceritakan semua itu dengan semangat perang Badar sekaligus setenang
embusan angin pagi. Kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya
yang memikat” sifat ini bisa kita lihat pada halaman 23.
4.2.Bu Muslimah Hafsari
4.2.1.
mengabdi
tanpa pamrih, bisa kita lihat pada novel halaman 5, yaitu “ Bu Mus semakin
gundah, pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan 32 tahun
pengabdiannya tanpa pamrih, pada pak harfan, pamannya akan berakhir di pagi
yang sendu ini”.
4.2.2.
Ramah,
bisa kita lihat pada novel halaman 9, yaitu “Bu Mus mendekati setiap orang tua
murid di bangku panjang tadi, berdialog sebentar dengan ramah dan mengabsen
kami”
4.2.3.
Lembut
dan sabar, ditemukan pada halaman 26 yaitu “ silahkan ananda perkenalkan nama
dan alamat rumah, pinta bu Mus lembut pada anak hokian itu. Silahkan ananda...,
bu Mus meminta sekali lagi dengan sabar”
4.2.4.
Pandai,
“ bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik dan memiliki pandangan
jauh ke depan” bisa dilihat pada halaman 30.
4.2.5.
Rajin
beribadah dan suka menasehati, “ solatlah, tepat waktu biar dapat pahala lebih
banyak, demikian kata bu Mus menasehati” bisa dilihat pada halaman 31.
4.2.6.
Tidak
pilih kasih, terlihat pada halaman 402, yaitu “ Meskipun ayah Flo telah
menyumbangkan papan tulis baru, lonceng, jam dinding dan pompa air, namun
beliau tak segan-segan memberikan nilai bebek berenag kepada anak gedong itu”
4.3.Trapani
4.3.1.
Pendiam,
santun dan berhati mulia, berbakti pada orang tua, “ ia tak bicara jiak tak
perlu dan jika angkat bicara ia akan menggunakan kata – kata yang dipilih degan
baik, ia seorang pemuda santun harapan bangsa yang memenuhi syarat dasa dharma
pramuka, cita-citanya menjadi guru yang mengajar di daerah terpencil untuk
memajuka pendidikan orang Melayu pedalaman, sungguh mulia. Ia sangat berbakti
pada orang tua dan otaknya lumayan. Terdapat pada halaman 74.
4.3.2.
Tampan
dan berjiwa besar, bisa kita temukan pada halaman 367, yaitu “ Trapani adalah
pria muda yang amat tampan dan berjiwa besar”
4.4.Kucai
4.4.1.
Susah
diatur “ mereka didudukkan berdua bukan karena mirip, tapi karena sama-sama
susah diatur. Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka Kucai
dengan penghapus papan tulis” yang bisa kita temukan pada halaman 14.
4.4.2.
Gengsi,
“jangan kau bikin malu aku, Dan, apa kata anak-anak SD PN nanti? Jawab Kucai
sok gengsi, padahal satu pun ia tak kenal anak-anak kaya itu”
4.4.3.
Optimis
tapi sok tahu, pada halaman 69 “ kucai
adalah orang paling optimis yang pernah aku jumpai. Kekurangannya secara fisik
tak sedikitpun membuatnya minder. Sebaliknya, ia memiliki kepribadian populis,
oportunis, bermulut besar, banyak teori dan sok tahu”
4.5.Syahdan
4.5.1.
Pekerja
keras, yaitu pada halaman 67 “
penghasilan ayahku lebih rendah daripada ayah syahdan yang bekerja dibagian
gudang kopra. Syahdan sendiri sebagai tukang dempul perahu”
4.6.Lintang
4.6.1.
Lucu,
bisa kita temukan pada halaman 12 yaitu “ ia berbicara tak henti-henti penuh
minat dengan dialek Belitong yang lucu, tipikal orang Belitong pelosok”.
4.6.2.
Pantang
menyerah dan tak pernah mengeluh, yaitu pada halaman 93 dan 97 yaitu “ demikian perjuangan Lintang
mengayuh sepeda pulang dan pergi sekolah, 80 kilometer setiap hari”
4.6.3.
Pintar,
pada halaman 105 yaitu “ sejak hari perkenalan dulu aku sudah terkagum-kagum
pada Lintang. Anak pengumpul kerang ini pintar sekali. Matanya menyala-nyala
memancarkan inteligensi, keingintahuan menguasai dirinya seperti orang
kesurupan”. Kemudian pada halaman 115 yaitu “ kecerdasannya yang lain adalah
kecerdasan Linguistik. Ia mudah memahami bahasa, efektif dalam berkomunikasi,
memliki nalar verbal dan logika kualitatif”
4.6.4.
Tidak
sombong, pada halaman 108 yaitu “ tapi Lintang sebaliknya, ia tidak pernah
tinggi hati, karena ia merasa ilmu demikian luas untuk disombongkan dan
menggali ilmu tak akan ada habis-habisnya”
4.7. Mahar
4.7.1.
Pandai
bernyanyi dan memiliki jiwa seni yang tinggi, yaitu pada halaman 138 “ ketika
Mahar bernyanyi selurh alam diam menyimak. Mahar bernyanyi dengan tempo yang
tepat, teknik vokal yang baik, nada yang pas, interpretasi yang benar”
4.7.2.
Pandai
melukis, tergambar pada halaman 188 dan 189 yaitu “ besoknya Mahar membuat
lukisan yang berjudul kawanan burung
pelintang pulau” dan juga “ likisan Mahar sesungguhnya merupakan karya hebat
yang memiliki nyawa mengandung ribuan kisah”
4.7.3.
Tidak
disiplin, watak ini tergambar pada halaman 190 yaitu “ Bukan karena karyamu
tidak bermutu, tapi dalam bekerja apapun kita harus memiliki disiplin”
4.7.4.
Memilki
ide yang cerdas, hal ini tergambar pada halaman 226 yaitu “ para guru mnengguk-angguk
salut dengan ide Mahar. Mereka salut karena selain akan menampilkan sesuatuyang
bebeda, menampilkan suku terasing di Afrika adalah ide yang cerdas”
4.8.Borek (Samson)
4.8.1.
Susah
diatur mereka didudukkan berdua bukan karena mirip, tapi karena sama-sama susah
diatur. Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan
penghapus papan tulis” yang bisa kita temukan pada halaman 14. Selanjutnya bisa
kita temukan pada halaman 71 yaitu “ ibunda guru, ibunda mesti tahu bahwa
anak-anak kuli ini kelakuannya seperti setan. Sama sekali tak bisa disuruh
diam”
4.8.2.
4.9. Sahara
4.9.1.
Keras
kepala “ gadis kecil berkerudung itu, memang keras kepala luar bisa” bisa kita
temukan pada halaman 14.
4.9.2.
Perhatian,
pada halaman 75, yaitu “ sifatnya yang utama penuh perhatian dan kepala batu”
4.9.3.
Jujur
pada halaman 75 yaitu “ sifat lain sahara yang amat menonjol adalah
kejujurannya yang luar biasa dan benar-benar menghargai kebenaran”
4.10.Ikal (tokoh aku)
4.10.1.
Tidak
suka mencela, pada halaman 67 yaitu “ tapi bukan maksudku mencela dia, karena
kenyataannya secara ekonomi kami sepuluh kawan sekelas ini, memang semuanya
orang susah”
4.10.2.
Jujur,
pada halaman 82 yaitu “ketika ibuku bertanya tentang tanda itu aku tak
berkutik, karena pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan setiap jumat pagi tak
membolehkan aku membohongi orang tua, apalagi ibu” kejujuran ikal juga
tergambar pada halaman 214 yaitu “ aku diam mematung, tak mau berdusta, tak mau
menjawab apapun yang ditanyakan, dan tak mau membantah apapun yang dituduhkan”
4.11. A Kiong
4.11.1.
Penolong
dan ramah, “namun, meskipun wajahnya horor, hatinya baik luar biasa. Ia
penolong dan ramah kecuali pada Sahara” bisa kita lihat pada halaman 69.
4.11.2.
Pantang
menyerah, terlihat pada halaman 254 yaitu “ aku segera teringat pada A Kiong.
Beberapa hari ini dia belajarberdiri karena lima biji bisul bermunculan
dipantatnya sehingga ia tidak bisa duduk”
4.12. Harun
4.12.1.
Santun,
pendiam, murah senyum dan menyenangkan, pada halaman 76 yaitu “harun adalahpada
halaman 76 yaitu “harun adalah pria santun, pendiam dan murah senyum. Ia juga
teman yang amat menyenagkan.
4.12.2.
Terbelakang
mental, pada halaman 76 yaitu “ sahara selalu mendengarkan cerita itu walaupun
harun menceritakannya setiap hari, berulang-ulang, puluhankali, sepanjang
tahun, dari kelas satu SD sampai kelas tiga SMP sahara selalu setia mendengarkan”
harun adalah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh ornag dewasa.
4.13.Flo
Flo adalah tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang tomboi. Dia
adalah anak sekolah PN yang kemudian pindah ke sekolah Muhammadiyah. Sifatnya
antara lain:
4.13.1.
Tidak
mau dinasehati, tergambar pada novel halaman 218 yaitu “ dialah Flo, dia
melangkah ke sana kemari tanpa aturan. Penata rombongan ini menertibkannya tapi
dia tidak perduli. Ayah dan ibunya berteriak-teriak agar dia berhati-hati, tapi
dia tidak memperdulikannya”
4.13.2.
Tegas,
bisa dilihat pada halaman 353 yaitu “ Anak cantik ini berkarakter tegas pasti
tahu persis apa yang diinginkan, dan tidak pernah ragu. Sebuah sikap yang
sangat mengesankan”
4.14.A Ling
A ling adalah orang atau gadis yang dicintai oleh tokoh aku (Ikal).
Sifatnya antara lain:
4.14.1.
Percaya
diri dan tanggung jawab, ini terlihat pada halaman 338, yaitu “ wanita seperti
apakah A Ling? Dia memiliki pendirian yang kuat dan amat percaya diri. Ia model
wanita yang memegang teguh pertanggungjawaban pada setiap gabungan huruf-huruf
yang meluncur dari mulutnya”
5.
Gaya
Bahasa atau Majas.
Gaya
bahasa adalah cara mengungkapkan atau menampilkan pikiran melalui bahasa secara
khas yang memperihatkan jiwa dan kepribadian menulis.
5.1.Majas Pleonasme
Majas
Pleonasme adalah majas yang mengungkapkan kata-kata atau keterangan penjelas
yang sesungguhnya sudah ada di depannya. Majas ini terdapat pada halaman 10
yaitu:
“melepaskan
belut yang licin, meloncati nasib, merebut pendidikan”
5.2.Majas Personifikasi
Majas
personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa
seoalah-olah memiliki sifat seperti manusia. Majas ini terdapat pada halaman 24.
“Membelai
hati kami dengan wawasan ilmu”
Kemudian
majas ini ada pada halaman 36
“tembok
yang angkuh dan berkelok-kelok”
5.3.Majas Asosiasi
Majas
asosiasi adalah majas yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap sama. Majs ini
ada pada halaman 37
“tak
putus-putus seperti jalinan urat di punggung tangan”
Majas
ini juga ada pada halaman 89
“ laksana
seekor anjing yang ingin mengambil hati tuannya”
5.4.Majas Hiperbola
Majas
Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan. Majas
ini ada pada halaman 304
“ aku
mengharu biru tatkala kesepian melayap mencekam dermaga jiwa”
Majas
ini juga ada pada halaman 305
“batinku
nelangsa berdarah-darah tiada daya mana kala ia sirna terbang mencampak asmara”
6.
Alur
atau Plot
Alur atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangkacerita di
mana bagian bagian lain crita itu disangkutkan, sehingga cerita itu menjadi
suatu bangunan yang utuh ( Hamidy, 2001:26). Jadi alur atau plot dapat
dikatakan sebagai rangkaian peristiwa yang menjelaskan jalannya suatu cerita.
Alur dalam novel Laskar Pelangi ini adalah alur maju. Dimana
seperti yang sudah dikisahkan dalam sinopsis di atas, bermula dari mereka masih
menginjakkan kaki hari pertama sekolah SD, berjuang bersama, tertawa, menangis
dan bahagia bersama sampai mereka lulus SMP, memilki pekerjaan dan kehidupan
masing-masing setelah mereka dewasa.
7.
Amanat
Amanat menurut KBBI adalah pesan atau perintah (Depdiknas,
2008:47). Jadi, amanat adalah suatu pesan atau perintah yang terkandung di
dalam cerita dari seorang pengarang dan ditujukan kepada pembaca cerita.
Amanat yang
terdapat dalam novel Laskar Pelangi sebenarnya sangat banyak. Namun yang sangan
berkesan dan dijadikan panutan bagi pembaca khususnya adalah yang penulis
temukan pada halaman 487-488 tentang pesan Pak Harfan dalam menjalani hidup,
yaitu “ Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima
sebanyak-banyaknya” yang kemudian terrefleksi pada kehidupan puluhan mantan
siswa Muhammadiyah yang ku kenal dekat secara pribadi. Mereka adalah tipikal
orang yang sederhana namun bahagia dalam kesederhanaan itu. Jadi, hiduplah Anda
dalam kesederhanaan karena Islam melarang kita untuk hidup bermewah-mewahan.
Juga dalam menjalani hidup ini, usahakan kita untuk selalu memberi kepada yang
membutuhkan, jangan malah sebaliknya, kita menghaparkan sesuatu yang tidak
mungkin kita dapatkan.
BAB IV PENUTUP
a.
Kesimpulan
Kisah persahabatan
Laskar Pelangi berawal dari pendaftaran di sekolah Muhammadiyah. Sekolah yang
sangat miskin dan bahkan tidak layak disebut sebagai sekolah karena bangunannya
yang hampir roboh. Sekolah terancam ditutup jika siswa yang mendaftar tidak
sampai sepuluh orang. Dengan harap-harap cemas Pak Harfan dan Ibu Mus selaku
kepala sekolah dan guru di SD tersebut terus memandangi jalan raya berharap ada
siswa yang akan mendaftar lagi. Mereka menunggu sampai pukul 11. Ketika waktu
yang ditentukan akan berakhir pak Harfan memulai pidatonya untuk menutup
sekolah. Betapa kecewanya hati anak-anak yang baru akan bersekolah tepi sekolah
tersebut terancam ditutup. Untunglah ada Harun, anak terbelakang mental ini
diantarkan oleh Ibunya untuk bersekolah, daripada ia di rumah tapi selalu
mengejar-ngejar anak ayam ibunya. Harun adalah penyelamat bagi mereka semua
yang ingin mengenyam dunia pendidikan ditengah kemiskinan yang dihadapi.
b.
Saran
Dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dari penulis. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat dihaparkan penulis agar makalah ini bisa lebih
bagus dalam penulisannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Gramdia Pustaka.
Hamidy, UU. 2001. Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru
: Unri Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta
: Gajah Mda University Press.
0 komentar:
Posting Komentar