Rabu, 27 Mei 2015

ANALISIS UNSUR INTRINSIK PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA.



APRESIASI PROSA FIKSI

ANALISIS UNSUR INTRINSIK PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA.

Disusun Oleh :
NURHAYATI (136210938)
KELAS : 4 E



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang sudah memberi taufik, serta hidayah-nya, sehingga kita semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya. Termasuk juga dengan saya,, hingga saya bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah Apresiasi Prosa Fiksi dalam menganalisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan yang lain.
            Makalah ini berisi mengenai unsur intrnsik dan kisah inspiratif dari anak-anak yang kurang mampu namun memiliki semangat yang tinggi dalam dunia pendidikan. Makalah ini disusun supaya para pembaca bisa menambah wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan seperti yang kami sajikan di dalam susunan makalah yang ringkas, mudah untuk dibaca serta mudah dipahami.
            Akhirnya saya sebagai penulis, mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Rahayu, M.Pd selaku dosen pemangku mata kuliah Apresisi prosa Fiksi yang telah sudi membagikan ilmunya dalam penyelesaian tugas individu ini. Salah dan khilaf mohon dimaafkan.



Pekanbaru, 31 Maret 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................            i
Daftar Isi............................................................................................            ii
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang.................................................................            1         
1.2. Rumusan Masalah............................................................            2
1.3.Tujuan dan Manfaat ........................................................            2
Bab II Isi
            2.1. Identitas Buku .................................................................           3
            2.2. Sinopsis.............................................................................           4
Bab III Pembahasan
            3.1. Tema.................................................................................           8
            3.2. Latar atau setting..............................................................           8
            3.3. Sudut pandang..................................................................           15
            3.4. Penokohan........................................................................           16
            3.5. Gaya bahasa atau majas...................................................            22
            3.6. Alur atau Plot....................................................................           23
            3.7. Amanat .............................................................................          24
Bab IV Penutup
            4.1. Kesimpulan........................................................................          25
            4.2. Saran...................................................................................         25
Daftar Pustaka......................................................................................          26


BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini, banyak sekali pelajar yang tidak bisa membedakan antara unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Mereka hanya sekedar membaca tanpa memahami unsur pembangun karya sastra ini. Bahkan diantara mereka menganggap unsur ektrinsik maupun intrinsik itu sama saja. Dalam pembahasan kali ini penulis ingin menguraikan tentang unsur intrinsik sebuah novel. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita (Nurgiyantoro, 1995:23).
Cara mengetahui unsur intrinsik adalah dengan cara membaca sebuah karya sastra. Permasalahannya adalah kita harus mengetahui  adalah apa-apa saja yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra, jangan sampai tertukar dengan unsur-unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik itu diantaranya adalah tema, alur, penokohan, sudut pandang, amanat, gaya bahasa dan latar atau setting.
Novel ini saya pilih karena kisahnya yang inspiratif. Perjuangan dalam pendidikan tanpa kenal lelah, penuh semangat dan tanpa pamrih. Baik sifat yang lahir dari sang guru maupun dari murid-murid SD Muhammadiyah, sepuluh anggota Laskar Pelangi.
Tujuannya adalah agar pembaca mengetahui apa itu unsur intrinsik, apa-apa saja yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik dan nilai atau amanat yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi ini. Selanjutnya agar pembaca mau menghargai pendidikan, karena pendidikan ini sangat penting. Anak-anak SD Muhammadiyah rela berjuang dengan kondisi sekolah yang tidak layak hanya untuk menimba ilmu. Pengabdian guru yang sangat luar biasa yang patut dicontoh oleh seluru guru, khususnya yang masih dalam tahap belajar menjadi seorang guru atau calo guru.
Untuk pengertian dan teori yang menjelaskan tentang unsur intrinsik, saya lebih cenderung mengambil dari buku teori pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro. Selingannya adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pembahasan Karya Fiksi dan puisi karya UU hamidy. Untuk mengindari plagiat, maka penulis tidak mencantumkan siapa-siapa saja yang pernah menganalisis novel ini.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis menyimpulkan rumusan masaalah adalah sebagai berikut:
1.2.1.       Apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik?
1.2.2.       Apa saja unsur yang termasuk ke dalam unsur intrinsik?
1.2.3.       Apa yang dimaksud dengan Laskar pelangi?
1.2.4.       Siapa-siapa saja tokoh utama dari novel Laskar pelangi dan bagaimana sifat-sifat mereka?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan ini sangat sederhana, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.3.1.       Mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik.
1.3.2.       Mengetahui apa saja unsur yang termasuk ke dalam unsur intrinsik.
1.3.3.       Mengetahui apa yang dimaksud dengan Laskar pelangi.
1.3.4.       Mengetahui siapa-siapa saja tokoh utama dari novel Laskar pelangi dan      sifat-sifat mereka.





BAB II ISI
A.    Identitas Buku
1.      Nama Pengarang                                       : Andrea Hirata
2.      Judul Novel                                               : Laskar Pelangi
3.      Tahun Terbit                                              : 2007
 4.Tempat Terbit/ Cetakan                              : Yogyakarta/ 14
5. Penerbit                                                       : Bentang
6. Tebal Novel                                                 : 534 halaman
7. Kelemahan dan Keunggulan Novel            : kelemahan dari novel ini adalah banyak menggunakan kata-kata yang sulit dipahami berupa bahasa asing yang ada di dalamnya, namun meskipun demikian pengarang telah memberikan glosarium untuk kata-kata sulit dibagian akhir buku. Kelemahan lainnya yaitu tidak adanya profil pengarang secara rinci, yang ada hanya penghargaan yang pernah diterimnya dari novel best seller ini. Sedangkan keunggulan dari novel ini adalah kisahnya yang inspiratif, penuh perjuangan dan pengabdian tanpa kenal lelah serta arti persahabatan yang tulus bagi sekumpulan anggota Laskar pelangi. Buku ini juga merupakan buku best seller karya Andrea Hirata yang banyak dijadikan judul Skripsi dan Tesis bagi mahasiswa yang akan mendapatkan gelar sarjana. Sebagai bentuk terimakasih pengarang, buku ini juga dipersembahkan untuk ibu gurunya, Ibu Muslimah Hafsari dan Bapak kepala sekolah, Bapak Harfan Effendy Noor juga sepuluh sahabat masa kecilnya anggota Laskar pelangi.





B.     Sinopsis
Kisah persahabatan Laskar Pelangi berawal dari pendaftaran di sekolah Muhammadiyah. Sekolah yang sangat miskin dan bahkan tidak layak disebut sebagai sekolah karena bangunannya yang hampir roboh. Sekolah terancam ditutup jika siswa yang mendaftar tidak sampai sepuluh orang. Dengan harap-harap cemas Pak Harfan dan Ibu Mus selaku kepala sekolah dan guru di SD tersebut terus memandangi jalan raya berharap ada siswa yang akan mendaftar lagi. Mereka menunggu sampai pukul 11. Ketika waktu yang ditentukan akan berakhir pak Harfan memulai pidatonya untuk menutup sekolah. Betapa kecewanya hati anak-anak yang baru akan bersekolah tepi sekolah tersebut terancam ditutup. Untunglah ada Harun, anak terbelakang mental ini diantarkan oleh Ibunya untuk bersekolah, daripada ia di rumah tapi selalu mengejar-ngejar anak ayam ibunya. Harun adalah penyelamat bagi mereka semua yang ingin mengenyam dunia pendidikan ditengah kemiskinan yang dihadapi.
Hari-hari berikutnya mereka belajar. Mereka diberi tempat duduk sesuai kemiripan wajah mereka selama sembilan tahun. Mereka adalah Ikal, Lintang, Trapani, Syahdan, Sahara, Mahar, Borek, A Kiong, Harun dan Kucai. Hanya Sahara lah wanita satu-satunya di kelas mereka. Kucai selalu ditunjuk untuk jadi ketua kelas. Sebenarnya dia sudah muak karena harus mengurusi orang-orang miskin yang susah diatur ini. Namun setiap kali pemilihan ketua kelas berlangsung, namanyalah yang selalu mendapat banyak suara. Akhirnya dia tidak dapat menolak amanah yang diberikan Bu Mus kepadanya.
Setelah lama berteman, mereka telah paham dengan sifat teman-teman mereka. Diantara yang Lain, Lintang dan Mahar lah yang paling pintar di kelas. Lintang intar dalam bidang mata pelajaran. Sedangkan Mahar pintar dalam kesenian dan memunculkan ide-ide cemerlangnya. Smentara yang lain hanya sebagai pelengkap di kelas tersebut, tidak pandai-pandai benar. Karena kepandaian merekalah yang membuat guru dan teman-teman terkagum-kagum terutama pada Lintang yang harus mengayuh sepede delapan puluh kilo meter setiap hari. Namun tak pernah sekalipun dia membolos sekolah. Semangatnya sungguh luar biasa.
Suatu hari, ada acara karnaval yang diadakan untuk memperingati HUT-RI setiap Agustus. Setiap sekolah wajib ikut lomba, tidak terkecuali SD Muhammadiyah. Mereka minder untuk ikut karena pakaian yang mereka kenakan tidaklah sebagus pakaian yang dikenakan sekolah lain. Tapi untung ada mahar. Dengan segala ide dan kreasinya yang cemerlang, mereka berhasil memenangkan perlombaan karnaval antar sekolah itu. Acara yang paling bergengsi dan membuat mereka tidak akan dihina lagi.
Di hari lain, ada seorang gadis tomboi bernama Flo pindah sekolah ke SD Muhammadiyah. Dia orang kaya yang ingin bersekolah di sana karena rasa terimakasihnya kepada anggota Laskar Pelangi yang telah menyelamatkan nyawanya ketika tersesat di hutan. Sahara sangat senang akhirnya memiliki teman perempuan juga setelah sembilan tahun dia hanya satu-satunya bidadari di kelas tersebut. Alasan lain kepindahan Flo adalah karena rasa kagumnya pada Mahar yang pemberani dan suka pada kegiatan perdukunan. Semakin hari mereka semakin dekat saja sehingga banyak yang beranggapan kalau mereka berpacaran. Mereka berdua adalah dua insan yang sama-sama suka pada hal yang berbau mistis. Sangat konyol sekali.
Selain lomba karnaval. Juga diadakan lomba kecerdasan antar sekolah. Ikal, Lintang dan Sahara yang menjadi wakil dari sekolah Muhammadiyah. Ketika memasuki ruangan, badan mereka panas dingin karena melihat persiapan dari sekolah lain yang begitu matang dan buku-buku yang mereka bawa semuanya lengkap, bahkan belum pernah anak-anak Muhammadiyah ini melihatnya. Rasa minder kembali muncul dihati mereka kalau-kalau mereka tak mampu menjawab bahkan akan membuat sekolah semakin dipermalukan. Karena baru sekali ini sekolah kampung diundang untuk mengikuti perlombaan tersebut.
Namun setelah perlombaan dimulai, keadaan berubah seratus delapan puluh derajat. Lintang yang sedari tadi hanya diam mematung tiba-tiba tidak pernah memberi kesempatan kepadaa lawan untuk menjawab pertanyaan. Semuanya berhasil dia jawab dalam waktu kurang dari tujuh detik bahkan sebelum dewan juri selesai membacakan pertaanyaan. Semua mata tertuju pada anak kamoung yang cerdas ini. Suporter dari SD Muhammadiyah melonjak kegirangan. Bahkan Lintang sempat berdebat dengan guru asal SD PN yang terkenel pandai itu karena menganggap jawaban yang diberikan Lintang salah. Akhirnya guru yang sombong itu berhasil dipermalukan.
Dengan kecerdasan Lintang mereka berhasil menjuarai lomba kecerdasan tersebut. Ibu Muslimah dan Pak Harfan, serta pasukan SD Muhammadiyah terharu dan mengarak Lintang keliling kampung. Ini adalah kemenangan pertama setelah dua puluh tahun sekolah mereka berdiri tanpa gelar juara apapun. Semua ini berkat Lintang yang kecerdasannya lahir secara alami. Ini membuktikan bahwa meskipun mereka hanya sekolah yang berasal dari kampung tidak sembarangan bisa dihina terus menerus.
Setelah kemenangan itu, mereka banyak berpetualang berkat ide-ide gila Mahar. Mereka pergi kesuatu tempat yang paling angker di Belitong yaitu gunung apit. Menurut Mitos gunung ini adalah ular yang melilit dan tidur sepanjang tahun dan baru akan bangun ketika hari kiamat nanti. Selain itu mereka mempertaruhkan nyawa pergi ke Pulau Lanun tempat tinggal Tuk Bayan Tula, hanya demi ingin mendapatkan nilai bagus. Tuk Bayan pun menulis pesan yang boleh dibuka setelah sampai di rumah. Betapa terkejutnya mereka ketika isi dari gulungan kertas itu adalah “jika ingin pintar, harus rajin membaca”.
Saat mereka sudah hampir lulus, tragedi menyedihkan justru menimpa Lintang. Berhari-hari dia tidak masuk sekolah karena ayahnya meninggal dan mengharuskan Lintang berhenti sekolah karena harus menanggung beban sebagai tulang punggung keluarga. Mereka pun berpisah akhirnya berpisah. Ikal benci pada keadaan ini yang tak mampu membantu sahabatnya itu. Semua tak ada yang bisa membantu karena mereka juga sama-sama berasal dari keluarga yang tidak mampu. Bu Mus sedih karena harus melepas muridnya yang pandai luar biasa ini.
Dua belas tahun kemudian keadaan berubah. Ikal yang dahulu bekerja sebagai tukang pos mendapat beasiswa untuk sekoalah keluar negeri. Trapani menjadi setengah gila karena segalanya harus bergantung pada ibunya. Sahara menikah dengan A Kiong yang menjadi muallaf dan membuat toko yang pegawainya adalah Borek. Lintang sang bintang kami akhirnya bekerja sebagai supir truk untuk mengangkut pasir yang diambil dari pantai. Syahdan menjadi aktor sesuai cita-citanya meskipun hanya aktor figuran. Mahar yang dahulu menganggur sekarang menjadi narasumber budaya.
Harun yang dahulu pria kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa sekarang justru sebaliknya, dia adalah pria dewasa yang terperangkap dalam tubuh anak kecil. Sahara dan A Kiong yang sering mengunjungi Harun. Itulah kehidupan, tidaka ada yang tahu dan bisa meramalkan akan menjadi apa kita nanti dan siapa yang akan sukses diantara mereka. Begitulah kisah persahabatan Laskar Pelangi. Meskipun sibuk dengan urusan pekerjaan dan kehidupan masing-masing, mereka masih tetap sama, sekumpulan makhluk yang tetap menjaga persahabatan dalam keadaan apapun.







BAB III PEMBAHASAN
Analisis Unsur Intrinsik Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
1.      Tema
Menurut Santons (1965:20) dan menurut Kenny (1966:88) dalam Nurgiyantoro (1995:66) tema adalah makna yang dikandung dalam sebuah cerita. Sedangkan menurut KBBI tema adalah pokok pikiram, dasar cerita dipakai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb (Depdiknas, 2008:1429).
Menurut saya, tema yang terkandung dalam novel Laskar pelangi adalah “ persahabatan yang tulus untuk sebuah cita-cita”. Hal ini bisa dibuktikan pada novel halaman 342-344, yaitu “ Jika aku menengok sahabat sekelasku mereka juga memiliki cita-cita yang istimewa. Sahara misalnya, ia ingin menjadi pejuang hak asasi wanita. A Kiong ingin menjadi kapten kapal, mungkin karena ia senang bepergian, atau mungkin topi kapal yang besar itu untuk menutupi kepala kalengnya itu. Kucai ingin menjadi politisi karena ia sosok yang cerdas dan bermulut besar. Syahdan ingin menjadi aktor. Sedangkan Mahar sendiri mengaku bahwa ia mampu menerawang masa depannya. Cita-cita yang paling sederhana adalah milik Borek atau Samson, ia memang pesimis dan hanya ingin menjadi tukang sobek karcis sekaligus sekuriti di bioskop kicong karena ia bisa dengan gratis menonton film. Adapun trapani yang baik dan tampan ingin menjadi guru. Ketika kami bertanya pada Harun, apa cita-citanya ia menjawab kalau besar nanti ia ingin menjadi Trapani. Lintang sendiri bercita-cita menjadi seorang matematikawan”. Persahabatan ini juga bisa kita lihat pada halaman 393 tentang persahabatan, yaitu “ Adapun orang lain dari kejauhan hanya akan melihat ikatan persahabatan Laskar Pelangi yang demikian indah”
2.      Latar atau setting
Latar atau setting yang disebut sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tentang tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981:175 dalam Nurgiyantoro, 1995 : 216).
Dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, ada beberapa latar yang penulis temukan, diantaranya:
2.1..Latar tempat
2.1.1.      Di sekolah
Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Hari itu adalah hari yang agak penting: hari pertama masuk SD.
2.1.2.      Di laut
Pada halaman 11 kita dapat menemukan latar tempat di laut, yaitu: “Cuaca cenderung memburuk, akhir-akhir ini maka hasil melaut tak pernah memadai. Apalagi ia hanya semacam petani penggarap, bukan karena ia tak punya laut, tapi karena ia tak punya perahu”
2.1.3.      Tanjong Kelumpang, bisa kita temukan pada halaman 11 yaitu “keluarga Lintang berasal dari Tanjong kelumpang, desa nun jauh dipinggir laut”
2.1.4.      Laut
Bisa dilihat pada halaman 98 yaitu, “beranda itu sendiri merupakan bagian dari gubuk panggung dengan tiang-tiang tinggi untuk berjaga-jaga jika air laut pasang hingga meluap jauh ke pesisir”
2.1.5.      Pulau Belitong
Bisa dilihat pada halaman 98 yaitu “ adapun gubuk ini merupakan bagian dari pemukiman komunitas orang Melayu Belitong yang hidup disepanjang pesisir, mengikuti kebiasaan leluhur mereka para penggawa dan kerabat kerajaan”
2.1.6.      Di sungai
Bisa dilahat pada halaman 167 yaitu “ berarti lebar sungai ini paling tidak 30 meter dan dalamnya hanya Tuhan yang tahu. Alirannya meluncur deras tergesa-gesa, tipikal sungai Belitong yang berawal dan berakhir di laut”
2.1.7.      Pangkalan Punai
Tempat ini tergambar dari novel halaman 179 yaitu “ Meskipun setiap tahun kami mengunjungi pangkalan unai, aku tak pernah bosan degan tempat ini”. Selain itu tempat ini juga tergambar pada halaman 181 yaitu “ pesona hakiki pangkalan punai membaangiku menit demi menit sampai terbawa mimpi”
2.1.8.      Di pasar
Tempat ini tergambar pada halaman 199 yaitu “ pasar ini sengaja ditempatkan di tepi sungai dengan maksud seluruh limbahnya, termasuk limbah pasar ikan, dapat dengan mudah dilungsurkan ke sungai”

2.1.9.      Toko Sinar Harapan
Tempat ini adalah tempat di mana sekawanan anggota Laskar Pelangi selalu memberi kapur ketika disuruh oleh bu Mus, tempat ini tergambar pada halaman 201 yaitu “ tokonya lebih cocok disebut sebagai gudang rabat. Ratusan jenis barang yang bertumpuk mencapai plafon dalam ruangan kecil yang sesak”. Hal lain yang menyatakan tempat ini adalah pada halaman 455, yaitu “ Toko sinar harapan tak banyak berubah. masih amburadul seperti dulu”
2.1.10.  Di masjid
Angota Laskar pelangi yang laki-laki suka tidur di masjid. Hal ini bisa kita lihat pada halaman 284, yaitu “ Aku merangkak berlindung dibalik pilar takut ketahuan Wak Haji yang sedang membuka jendela-jendela masjid. Sempat kulihat Lintang, Mahat Syahdan, Trapani dan Harun terbirit-birit menyerbu tempat wudhu”
2.1.11.  Gunung Semelur
Bisa kita lihat pada novel halaman 290, yaitu “ sebagaiman biasanya Mahar mulai berdongeng, menurutnya gunung selumar adalah seekor ular naga yang sedang menggulung diri dan telah tidur panjang selama berabad-abad”
2.1.12.  Hutan Genting Apit, bisa kita lihat pada halaman 389, yaitu
 “ Suatu ketika mereka memasuki hutan gunung apit, suatu tempat yang paling angker di Belitong”
2.1.13.  Pulau Lanun, yaitu tempat tinggal Tuk Bayan Tula. Bisa kita temukan pada halaman 413, yaitu “ Pulau Lanun!. Kami serentak berdiri terperangah dan tepat ketika beliau selesai menyebutkan nama pulau itu terdengarlah suara lolongan segerombolan anjing melengking-lengking mendirikan bulu kuduk, seperti menyambut tamu tak diundang”

2.2. Latar waktu
2.2.1.      Pagi
“ kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah” bisa kita temukan pada halaman 17. Selanjutnya bisa kita temukan pada halaman 83 yaitu “ pada sebuah pagi yang lain, pukul 10, seharusnya burung kut-kut sudah datang”. Kemudian ada pada halaman 87 yaitu “ pagi ini Lintang terlambat masuk kelas. Kami tercengang mendengar ceritanya”. Kita juga bisa lihat pada novel halaman 293, yaitu “ senin pagi yang cerah. Sepucuk puisi yang dibungkus kertas putih bermotif kembang api”
2.2.2.      Sore
Pada halaman 181, terlihat latar waktu yaitu “ sekitar pukul empat sore, sinar matahari akan mengguyur barisan pohon cemara angin yang tumbuh lebat diundakan bukit yang lebih tingggi disisi timur laut”. Waktu sore juga terlihat pada halaman 272 yaitu “ inilah sore terindah dalam hidupku”
2.2.3.      Siang hari
Pada novel tergambar pada halaman 217 yaitu “ sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin panas”
Waktu siang lainnya bisa kita lihat pada halaman 322 yaitu “ pukul 11 siang sudah, kami tiba disebuah batu cadas besar yang menjorok”
2.2.4.      Malam
Waktu ini terlihat pada halaman 285, yaitu “ Malam minggu ini kami menginap di masjid Al-Hikmah karena setelah solat subuh nanti kami punya acara seru, yaitu naik gunung”


2.3.Suasana
Suasana yang digambarkan dalam novel laskar pelangi sangat beragam, diantaranya:
2.3.1.      Cemas
Dalam novel ini digambarkan suasana cemas. Bisa dilihat dari kutipan isi novel halaman 2.
“ sembilan orang... baru sembilan orang Pamanda guru, masih kurang satu...,  katanya gusar pada bapak kepala sekolah. Pak Harfan menatapnya kosong, aku juga merasa cemas. Aku cemas karena melihat Bu Mus yang resah dan karena beban perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuhku”

Kemudian susana cemas juga digambarkan pada novel halaman 4 yaitu: “Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya diseberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaftaran baru”
 Suasana cemas juga ada pada halaman 5 yaitu: “kita tunggu sampai pukul 11, “kata pak Harfan pada Bu Mus” dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana hening”
Adapula suasana cemas yang digambarkan pada halaman 173 yaitu “ kami menghambur kearah Syahdan. Aduh, gawat, apakah ia pingsan? Atau gegar otak? Atau mlah mati? Karena ia tak bernafas sama sekali dan ia tadi terpelanting seperti tong jatuh ke dalam truk”
Suasana cemas lainnya juga digambarkan pada halaman 309, yaitu “ Hari beranjak gelap dan keadaan semakin mengkhawatirkan. Kabut tebal yang menyelimuti gunung sangat menyulitkan usaha pencarian. Wajah setiap orang mulai kelihatan cemas dan putus asa"
2.3.2.      Panik, suasana ini bisa kita lihat pada novel halaman 174 yaitu “ kami semakin panik, tak tahu harus berbuat apa. Aku terus menerus memanggil-manggil nama Syahdan, tapi ia diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati”. Selanjutnya bisa kita temukan pada halaman 363, yaitu “ kembali kami berada dalam situasi yang mempertaruhkan reputasi. Lomba kecerdasan. Kami berkecil hati melihat murid-murid SD sekolah PN membawa buku-buku teks yang  belum pernah kami lihat”
2.3.3.      Bahagia, tergambar pada halaman 247 yaitu “ Mahar diarak keliling kampung oleh warga Muhammadiyah setelah sekolah menerima trofi bergengsi penampilan seni tebaik tahun ini. Trofi yang telah dua puluh tahun kami idamkan dan selama itu pula bercokol di sekolah PN. Baru pertama kali ini trofi itu dibawa pulang oleh sekolah kampung. Trofi yang tak kan membuat sekolah kami dihina lagi”. Hal lain yang menyatakan suasana senang adalah ketika Lintang dengan kecerdasannya selalu menjawab pertanyaan dengan benar dalam waktu kurang dari 7 detik,  terlihat pada halaman 370, yaitu “ seeeerrraaaattuuussss, ! lengking Benyamin S. Mendengar lengkingan benyamin pendukung kami melonjak-lonjak kegirangan seperti orang kesurupan”. Selain itu susana ini juga terlihat pada halaman 372, yaitu “ Ratusan penonton terkagum-kagum. Warga Muhammadiyah berjingkrak-jingkrak sambil memeluk pundak. Yang paling bahagia adalah Harun. Dia memang suka dengan keramaian”
2.3.4.      Kacau, bisa kita lihat pada halaman 301 yaitu “ angin lembut ini tiba-tiba mengamuk menjadi monster puting beliung dengan kecepatan 1000 kali lipat, 10.000 mph”
2.3.5.      Tegang, suasana ini terlihat pada halaman 369, yaitu “ Suasana semakin tegang ketika ketua dewan juri bangkit dari tempat duduknya memperkenalkan diri dan menyatakan bahw alomba akan segera dimulai”
2.3.6.      Haru, bisa kita lihat pada halaman 383, yaitu “ Kami adalah sekolah kampung pertama yang memperoleh kemenangan. Air yang menggenang seperti kaca di mata Bu Mus dan laki –laki cemara angin itu kini telah menjadi butir-butir yang berlinang, air mata kemenangan yang mengobati harapan, pengorbanan dan jeri payah”
2.3.7.      Sedih, karena ayah Lintang meninggal maka Lintang harus berhenti sekolah berpisah bersama teman-teman dan gurunya. Hal ini bisa kita lihat pada halaman 430, yaitu “ Ibunda guru, ayahku telah meninggal, besok aku akan ke sekolah. Slamku, Lintang. Dibawah pohon filicium kami akan mengucapakan perpisahan. Aku hanya diam. Hatiku kosong. Perpisahan belum dimulai tapi Trapani sudah menangis terisak-isak. Sahara dan Harun bergandengan tangan sambil tersedu, sedu. Samson, Mahar, Kucai, dan Syahdan berulang kali mengambil wudhu dengan tujuan menghapus air matanya. A Kiong melamun sendirian tak mau diganggu. Flo yang baru saja mengenal Lintang dan tak mudah terharu nampak muram, matanya berkaca-kaca. Baru kali ini aku melihatnya menangis”
2.3.8.      Lucu, terdapat pada akhir kisah novel Laskar pelangi, pada halaman 494, yaitu “ Demi mendengar kata-kata itu Kucai yang tengah memamah biak sagon tak bisa menguasai diri. Dia berusaha keras menahan tawa tapi tak berhasil sehingga serbuk kelapa sagon terhambur kewajah Mahar, membuat jambul pengarang berbakat itu kacau balau. Kucai berulang kali meminta maaf pada ibu Ikal, bukan pada Mahar, tapi wajahnya mengangguk-angguk takzim menghadap ke Nur Zaman”.
3.      Sudut Pandang
Sudut Pandang atau point of view adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca  (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:248). Jadi sudut pandang merupakan kedudukan pengarang di dalam sebuah tulisan atau bagaimana posisi pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita. Dalam novel Laskar Pelangi ini, kedudukan pengarang atau sudut pandang pengarang ialah sebagai orang pertama, hal ini ditandai dalam novel tersebut menggunakan kata ganti; aku, jadi gaya “aku” adalah seorang yang ikut terlibat di dalam cerita. Hal ini bisa kita temukan salah satunya pada halaman 168 yaitu “ badanku gemetar ketika aku melintas menuju pohon karet dengan cara menggeser-geserkan pengaman tanganku yang mencekik tambang erat-erat. Aku bergelantungan seperti tentara latihan perang”
4.      Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, 1968: 33 dalam Nurgiyantoro, 1995:165).
4.1.Bapak Harfan Efendy Noor
4.1.1.      Rela berkorban, pada halaman 20 “ lebih menarik tentang pembicaraan orang-orang seperti apa yang rela menghabiskan hidupnya bertahan di sekolah semacam ini. Orang-orang itu tentu saja kepala sekolah kami, pak Harfan”. Selain itu sifat pak Harfan yang rela berkorban bisa kita lihat pada halaman 21 yaitu “ pak Harfan telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah tanpa imbalan apapun demi motif syiar Islam”
4.1.2.      Pandai bercerita “lalu pak Harfan mendinginkan suasana dengan berkisah tentang penderitaan tekanan yang dialami seorang pria bernama Zubair bin Awam. Pak Harfan menceritakan semua itu dengan semangat perang Badar sekaligus setenang embusan angin pagi. Kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat” sifat ini bisa kita lihat pada halaman 23.

4.2.Bu Muslimah Hafsari
4.2.1.      mengabdi tanpa pamrih, bisa kita lihat pada novel halaman 5, yaitu “ Bu Mus semakin gundah, pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan 32 tahun pengabdiannya tanpa pamrih, pada pak harfan, pamannya akan berakhir di pagi yang sendu ini”.
4.2.2.      Ramah, bisa kita lihat pada novel halaman 9, yaitu “Bu Mus mendekati setiap orang tua murid di bangku panjang tadi, berdialog sebentar dengan ramah dan mengabsen kami”
4.2.3.      Lembut dan sabar, ditemukan pada halaman 26 yaitu “ silahkan ananda perkenalkan nama dan alamat rumah, pinta bu Mus lembut pada anak hokian itu. Silahkan ananda..., bu Mus meminta sekali lagi dengan sabar”
4.2.4.      Pandai, “ bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik dan memiliki pandangan jauh ke depan” bisa dilihat pada halaman 30.
4.2.5.      Rajin beribadah dan suka menasehati, “ solatlah, tepat waktu biar dapat pahala lebih banyak, demikian kata bu Mus menasehati” bisa dilihat pada halaman 31.
4.2.6.      Tidak pilih kasih, terlihat pada halaman 402, yaitu “ Meskipun ayah Flo telah menyumbangkan papan tulis baru, lonceng, jam dinding dan pompa air, namun beliau tak segan-segan memberikan nilai bebek berenag kepada anak gedong itu”
4.3.Trapani
4.3.1.      Pendiam, santun dan berhati mulia, berbakti pada orang tua, “ ia tak bicara jiak tak perlu dan jika angkat bicara ia akan menggunakan kata – kata yang dipilih degan baik, ia seorang pemuda santun harapan bangsa yang memenuhi syarat dasa dharma pramuka, cita-citanya menjadi guru yang mengajar di daerah terpencil untuk memajuka pendidikan orang Melayu pedalaman, sungguh mulia. Ia sangat berbakti pada orang tua dan otaknya lumayan. Terdapat pada halaman 74.
4.3.2.      Tampan dan berjiwa besar, bisa kita temukan pada halaman 367, yaitu “ Trapani adalah pria muda yang amat tampan dan berjiwa besar”
4.4.Kucai
4.4.1.      Susah diatur “ mereka didudukkan berdua bukan karena mirip, tapi karena sama-sama susah diatur. Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan penghapus papan tulis” yang bisa kita temukan pada halaman 14.
4.4.2.      Gengsi, “jangan kau bikin malu aku, Dan, apa kata anak-anak SD PN nanti? Jawab Kucai sok gengsi, padahal satu pun ia tak kenal anak-anak kaya itu”
4.4.3.      Optimis tapi sok tahu,  pada halaman 69 “ kucai adalah orang paling optimis yang pernah aku jumpai. Kekurangannya secara fisik tak sedikitpun membuatnya minder. Sebaliknya, ia memiliki kepribadian populis, oportunis, bermulut besar, banyak teori dan sok tahu”
4.5.Syahdan
4.5.1.      Pekerja keras,  yaitu pada halaman 67 “ penghasilan ayahku lebih rendah daripada ayah syahdan yang bekerja dibagian gudang kopra. Syahdan sendiri sebagai tukang dempul perahu”
4.6.Lintang
4.6.1.      Lucu, bisa kita temukan pada halaman 12 yaitu “ ia berbicara tak henti-henti penuh minat dengan dialek Belitong yang lucu, tipikal orang Belitong pelosok”.
4.6.2.      Pantang menyerah dan tak pernah mengeluh, yaitu pada halaman 93 dan  97 yaitu “ demikian perjuangan Lintang mengayuh sepeda pulang dan pergi sekolah, 80 kilometer setiap hari”
4.6.3.      Pintar, pada halaman 105 yaitu “ sejak hari perkenalan dulu aku sudah terkagum-kagum pada Lintang. Anak pengumpul kerang ini pintar sekali. Matanya menyala-nyala memancarkan inteligensi, keingintahuan menguasai dirinya seperti orang kesurupan”. Kemudian pada halaman 115 yaitu “ kecerdasannya yang lain adalah kecerdasan Linguistik. Ia mudah memahami bahasa, efektif dalam berkomunikasi, memliki nalar verbal dan logika kualitatif”
4.6.4.      Tidak sombong, pada halaman 108 yaitu “ tapi Lintang sebaliknya, ia tidak pernah tinggi hati, karena ia merasa ilmu demikian luas untuk disombongkan dan menggali ilmu tak akan ada habis-habisnya”
4.7. Mahar
4.7.1.      Pandai bernyanyi dan memiliki jiwa seni yang tinggi, yaitu pada halaman 138 “ ketika Mahar bernyanyi selurh alam diam menyimak. Mahar bernyanyi dengan tempo yang tepat, teknik vokal yang baik, nada yang pas, interpretasi yang benar”
4.7.2.      Pandai melukis, tergambar pada halaman 188 dan 189 yaitu “ besoknya Mahar membuat lukisan yang berjudul  kawanan burung pelintang pulau” dan juga “ likisan Mahar sesungguhnya merupakan karya hebat yang memiliki nyawa mengandung ribuan kisah”
4.7.3.      Tidak disiplin, watak ini tergambar pada halaman 190 yaitu “ Bukan karena karyamu tidak bermutu, tapi dalam bekerja apapun kita harus memiliki disiplin”
4.7.4.      Memilki ide yang cerdas, hal ini tergambar pada halaman 226 yaitu “ para guru mnengguk-angguk salut dengan ide Mahar. Mereka salut karena selain akan menampilkan sesuatuyang bebeda, menampilkan suku terasing di Afrika adalah ide yang cerdas”
4.8.Borek (Samson)
4.8.1.      Susah diatur mereka didudukkan berdua bukan karena mirip, tapi karena sama-sama susah diatur. Baru beberapa saat di kelas Borek sudah mencoreng muka Kucai dengan penghapus papan tulis” yang bisa kita temukan pada halaman 14. Selanjutnya bisa kita temukan pada halaman 71 yaitu “ ibunda guru, ibunda mesti tahu bahwa anak-anak kuli ini kelakuannya seperti setan. Sama sekali tak bisa disuruh diam”
4.8.2.       
4.9. Sahara
4.9.1.      Keras kepala “ gadis kecil berkerudung itu, memang keras kepala luar bisa” bisa kita temukan pada halaman 14.
4.9.2.      Perhatian, pada halaman 75, yaitu “ sifatnya yang utama penuh perhatian dan kepala batu”
4.9.3.      Jujur pada halaman 75 yaitu “ sifat lain sahara yang amat menonjol adalah kejujurannya yang luar biasa dan benar-benar menghargai kebenaran”
4.10.Ikal (tokoh aku)
4.10.1.  Tidak suka mencela, pada halaman 67 yaitu “ tapi bukan maksudku mencela dia, karena kenyataannya secara ekonomi kami sepuluh kawan sekelas ini, memang semuanya orang susah”
4.10.2.  Jujur, pada halaman 82 yaitu “ketika ibuku bertanya tentang tanda itu aku tak berkutik, karena pelajaran budi pekerti kemuhammadiyahan setiap jumat pagi tak membolehkan aku membohongi orang tua, apalagi ibu” kejujuran ikal juga tergambar pada halaman 214 yaitu “ aku diam mematung, tak mau berdusta, tak mau menjawab apapun yang ditanyakan, dan tak mau membantah apapun yang dituduhkan”
4.11. A Kiong
4.11.1.  Penolong dan ramah, “namun, meskipun wajahnya horor, hatinya baik luar biasa. Ia penolong dan ramah kecuali pada Sahara” bisa kita lihat pada halaman 69.
4.11.2.  Pantang menyerah, terlihat pada halaman 254 yaitu “ aku segera teringat pada A Kiong. Beberapa hari ini dia belajarberdiri karena lima biji bisul bermunculan dipantatnya sehingga ia tidak bisa duduk”
4.12. Harun
4.12.1.  Santun, pendiam, murah senyum dan menyenangkan, pada halaman 76 yaitu “harun adalahpada halaman 76 yaitu “harun adalah pria santun, pendiam dan murah senyum. Ia juga teman yang amat menyenagkan.
4.12.2.  Terbelakang mental, pada halaman 76 yaitu “ sahara selalu mendengarkan cerita itu walaupun harun menceritakannya setiap hari, berulang-ulang, puluhankali, sepanjang tahun, dari kelas satu SD sampai kelas tiga SMP sahara selalu setia mendengarkan” harun adalah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh ornag dewasa.
4.13.Flo
Flo adalah tokoh yang digambarkan sebagai sosok yang tomboi. Dia adalah anak sekolah PN yang kemudian pindah ke sekolah Muhammadiyah. Sifatnya antara lain:
4.13.1.  Tidak mau dinasehati, tergambar pada novel halaman 218 yaitu “ dialah Flo, dia melangkah ke sana kemari tanpa aturan. Penata rombongan ini menertibkannya tapi dia tidak perduli. Ayah dan ibunya berteriak-teriak agar dia berhati-hati, tapi dia tidak memperdulikannya”
4.13.2.  Tegas, bisa dilihat pada halaman 353 yaitu “ Anak cantik ini berkarakter tegas pasti tahu persis apa yang diinginkan, dan tidak pernah ragu. Sebuah sikap yang sangat mengesankan”

4.14.A Ling
A ling adalah orang atau gadis yang dicintai oleh tokoh aku (Ikal). Sifatnya antara lain:
4.14.1.  Percaya diri dan tanggung jawab, ini terlihat pada halaman 338, yaitu “ wanita seperti apakah A Ling? Dia memiliki pendirian yang kuat dan amat percaya diri. Ia model wanita yang memegang teguh pertanggungjawaban pada setiap gabungan huruf-huruf yang meluncur dari mulutnya”

5.      Gaya Bahasa atau Majas.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan atau menampilkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperihatkan jiwa dan kepribadian menulis.
5.1.Majas Pleonasme
Majas Pleonasme adalah majas yang mengungkapkan kata-kata atau keterangan penjelas yang sesungguhnya sudah ada di depannya. Majas ini terdapat pada halaman 10 yaitu:
“melepaskan belut yang licin, meloncati nasib, merebut pendidikan”

5.2.Majas  Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seoalah-olah memiliki sifat seperti manusia. Majas ini terdapat pada halaman 24.
Membelai hati kami dengan wawasan ilmu
Kemudian majas ini ada pada halaman 36
tembok yang angkuh dan berkelok-kelok”
5.3.Majas  Asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang hakikatnya berbeda, tetapi dianggap sama. Majs ini ada pada halaman 37
“tak putus-putus seperti jalinan urat di punggung tangan
Majas ini juga ada pada halaman 89
laksana seekor anjing yang ingin mengambil hati tuannya

5.4.Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan. Majas ini ada pada halaman 304

aku mengharu biru tatkala kesepian melayap mencekam dermaga jiwa”
Majas ini juga ada pada halaman 305
“batinku nelangsa berdarah-darah tiada daya mana kala ia sirna terbang mencampak asmara”

6.      Alur atau Plot
Alur atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangkacerita di mana bagian bagian lain crita itu disangkutkan, sehingga cerita itu menjadi suatu bangunan yang utuh ( Hamidy, 2001:26). Jadi alur atau plot dapat dikatakan sebagai rangkaian peristiwa yang menjelaskan jalannya suatu cerita.
Alur dalam novel Laskar Pelangi ini adalah alur maju. Dimana seperti yang sudah dikisahkan dalam sinopsis di atas, bermula dari mereka masih menginjakkan kaki hari pertama sekolah SD, berjuang bersama, tertawa, menangis dan bahagia bersama sampai mereka lulus SMP, memilki pekerjaan dan kehidupan masing-masing setelah mereka dewasa.
7.      Amanat
Amanat menurut KBBI adalah pesan atau perintah (Depdiknas, 2008:47). Jadi, amanat adalah suatu pesan atau perintah yang terkandung di dalam cerita dari seorang pengarang dan ditujukan kepada pembaca cerita.
Amanat yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi sebenarnya sangat banyak. Namun yang sangan berkesan dan dijadikan panutan bagi pembaca khususnya adalah yang penulis temukan pada halaman 487-488 tentang pesan Pak Harfan dalam menjalani hidup, yaitu “ Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya” yang kemudian terrefleksi pada kehidupan puluhan mantan siswa Muhammadiyah yang ku kenal dekat secara pribadi. Mereka adalah tipikal orang yang sederhana namun bahagia dalam kesederhanaan itu. Jadi, hiduplah Anda dalam kesederhanaan karena Islam melarang kita untuk hidup bermewah-mewahan. Juga dalam menjalani hidup ini, usahakan kita untuk selalu memberi kepada yang membutuhkan, jangan malah sebaliknya, kita menghaparkan sesuatu yang tidak mungkin kita dapatkan.





BAB IV PENUTUP
a.      Kesimpulan
Kisah persahabatan Laskar Pelangi berawal dari pendaftaran di sekolah Muhammadiyah. Sekolah yang sangat miskin dan bahkan tidak layak disebut sebagai sekolah karena bangunannya yang hampir roboh. Sekolah terancam ditutup jika siswa yang mendaftar tidak sampai sepuluh orang. Dengan harap-harap cemas Pak Harfan dan Ibu Mus selaku kepala sekolah dan guru di SD tersebut terus memandangi jalan raya berharap ada siswa yang akan mendaftar lagi. Mereka menunggu sampai pukul 11. Ketika waktu yang ditentukan akan berakhir pak Harfan memulai pidatonya untuk menutup sekolah. Betapa kecewanya hati anak-anak yang baru akan bersekolah tepi sekolah tersebut terancam ditutup. Untunglah ada Harun, anak terbelakang mental ini diantarkan oleh Ibunya untuk bersekolah, daripada ia di rumah tapi selalu mengejar-ngejar anak ayam ibunya. Harun adalah penyelamat bagi mereka semua yang ingin mengenyam dunia pendidikan ditengah kemiskinan yang dihadapi.

b.      Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dari penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dihaparkan penulis agar makalah ini bisa lebih bagus dalam penulisannya.







DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramdia Pustaka.
Hamidy, UU. 2001. Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru : Unri Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mda University Press.
















0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates