SINTAKSIS
KALIMAT
SEDERHANA DAN KALIMAT LUAS
Nurhayati (136210938)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014/2015
KALIMAT SEDERHANA DAN KALIMAT LUAS
A.
Pengertian
Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas
Kalimat sederhana adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa.
Sedangkan kalimat luas adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.
Contoh kalimat sederhana:
1.
Awalnya
ia hanya ingin meminta maaf saja.
2.
Ayah
saya berusia 43 tahun.
3.
Dia
mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.
Contoh kalimat luas:
4.
Dia
mengakui, bahwa dia telah berbohong kepada ibunya.
5.
Erna
mengunci motornya, kemudian masuk ke dalam rumahnya.
6.
Kostnya
bagus, tetapi banyak sampah yang berserakan.
Penjelasan : untuk kalimat nomor 1-3 adalah contoh kalimat
sederhana karena hanya memiliki satu klausa. Sedangkan untuk contoh kalimat
nomor 4-6 adalah contoh kalimat luas karena memiliki dua klausa. Pada kalimat
nomor 4 ada dua klausa yaitu dia mengakui dan bahwa dia telah
berbohong kepada ibunya. Untuk kalimat nomor 5 ada dua klausa yaitu: erna
mengunci motornya dan kemudian masuk ke dalam rumahnya. Kemudian
kalimat nomor 6 juga ada dua klausa yaitu : kostnya bagus dan tetapi
banyak sampah yang berserakan.
2.4.1.
Hubungan Gramatik antara Klausa yang Satu dengan Klausa yang lain dalam Kalimat
Luas.
Perhatikan
contoh di bawah ini:
1.
Andi
berkata, bahwa dia telah belajar tadi malam.
2.
Riska
marah, kemudian menutup rumahnya.
3.
Kampusnya
bagus, dan mahasiswanya tidak boleh merokok
sembarangan.
Penjelasan : hubungan masing-masing kalimat di atas adalah kalimat
nomor satu tersebut ada dua klausa, jadi klausa Andi berkata adalah
bagian dari klausa bahwa dia telah belajar tadi malam. Begitu juga untuk
kalimat nomor 2 dan 3, setiap klausa pertama selalu berhubungan dengan klausa
kedua, karena keduanya merupakan satu kalimat yang meskipun dipisahkan tetap
bisa berdiri sendiri dan memiliki maka.
Berdasarkan uraian di atas, maka kalimat luas, berdasarkan hubungan
gramatik antara klausa yang satu dengan klausa yang lain yang menjadi unsurnya,
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1.
Kalimat
luas yang setara.
2.
Kalimat
luas yang tidak setara.
1.4.1.1. Kalimat Luas yang setara
Dalam kalimat
luas yang setara klausa yang satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya,
masing-masing berdiri sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu sebagai klausa
inti semua. Klausa- klausa ini dihubungkan dengan penghubung yang disebut
penghubung yang setara ( Ramlan, 2005:46).
Penghbung yang
setara ini antara lain sebagai berikut: dan, lagi, lagi pula, serta, lalu,
kemudian, atau, tetapi, akan tetapi, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya,
bahkan dan malahan.
Contoh kalimat
luas yang setara seperti di bawah ini:
1.
Rambutnya
panjang, tetapi tidak terawat.
2.
Anak
itu pintar, lagi pula orang tuanya
selalu memperhatikan kebutuhannya.
3.
Orang
itu hidup susah, sedangkan
tetangganya adalah orang berada.
Ada pula
kalimat luas yang setara namun tidak diberi tanda atau penghubung, misalnya:
1.
Ketika
sedang makan, dia mengambil air minum.
2.
Mereka
berada di dalam bus, memperhatikan kendaraan yang lalu lalang.
3.
Orang
itu sangat cantik, dia juga baik hati.
1.4.1.2. Kalimat Luas yang Tidak Setara
Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan
bagian dari klausa yang lain. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya
itu disebut klausa bawahan, sedangkan klausa lainnya disebut klausa inti. Jadi
kalimat luas yang tidak setara terdiri dari dari klausa inti dan klausa
bawahan, sedangkan kalimat luas yang setera terdiri dari klausa inti semua.
1. Klausa bawahan kadang- kadang merupakan O bagi klausa inti.
Misalnya: ayah
mengucapkan selamat tinggal bahwa dia akan pergi
Pada kalimat ini, terdiri dari dua
klausa ayah mengucapkan selamat tinggal sebagai klausa inti dan klausa dia akan
pergi sebagai klausa bawahan. Kata bahwa pada kalimat ini berfungsi sebagai
penghubung klausa. Dalam hubungan dengan klausa inti, klausa bawahan itu
menduduki fungsi O. hal itu akan menjadi jelas apabila klausa bawahan itu
disubtitusi dengan hal itu sehingga kalimat diatas menjadi : ayah mengucap
selamat tinggal hal itu.
2. Klausa bawahan kadang- kadang merupakan S klausa inti.
Misalnya bentuk
pasif dalam kalimat : Anak itu sudah berkata bahwa ia tidak mau masuk sekolah.
Pada kalimat diatas
terdiri dari dua klausa yaitu 1. Anak itu sudah berkata sebagai klausa
inti dan 2.ia tidak mau masuk sekolah sebagai klausa bawahan, yang dalam
hubungannya dengan klausa inti menduduki funsi S. hal itu jelas apabila klausa
bawahan itu di substitusi dengan hal itu sehingga kalimat diatas itu
menjadi : Anak itu sudah berkata hal itu.
Anak itu sudah
berkata menduduki
fungsi P dan hal itu menduduki fungsi S
3. Klausa bawahan kadang- kadang merupakan PEL bagi klausa inti.
Misalnya: Aku
sudah menyadarinya bahwa dia bukan milikku.
Kalimat diatas terdiri dari dua klausa, yaitu 1.Aku sudah
menyadarinya sebagai klausa inti dan 2. Dia bukan milikku sebagai
kl;ausa bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti mrnduduki fungsi PEL.
Hal itu dijelaskan apabila klausa bawahan kedua kalimat itu di substitusi
dengan hal itu hingga satu kalimat itu menjadi Aku sudah menyadarinya
hal itu.
4.
Klausa
bawahan kadang- kadang merupakan KET bagi klausa inti.
Misalnya: Para
dosen sudah menghadiri ruang rapat, dekan pun belum hadir.
Kalimat
diatas terdiri dari dua klausa yaitu 1. Para dosen sudah menghadiri ruang
rapat dan 2.dekan pun belum hadir. Klausa pertama merupakan klausa
bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi keterangan.
Hal ini menjadi jelas apabila klausa bawahan satu kalimat diatas itu
disubstitusi dengan kata kemarin dan pada tahun yang lalu.
1.
Kemarin
dekan pun belum hadir.
1.4.1.
Hubungan
makna antara klausa yang satu dengan klausa lainnya dalam kalimat luas.
Dalam kalimat luas terdapat juga hubungan
makna yang timbul sebagai akibat pertemuan antara klausa yang satu dengan
klausa lainnya, baik antara klausa inti dengan klausa inti, maupun antara
klausa inti dengan klausa bawahan.
1.4.1.1.Hubungan Makna ‘Penjumlahan’
Contohnya:
1. setiap hari saya mencuci pakaian dan mencuci piring
2. setiap hari saya mencuci pakaian atau mencuci piring
Dengan kalimat (1)
diatas menyatakan bahwa setiap hari saya melakukan dua pekerjaan, yaitu
pekerjaan “mencuci pakaian” dan “mencuci piring”, sedangkan kalimat (2) dinyatakan bahwa setiap hari saya
hanya melakukan satu pekerjaan, yaitu pekerjaan “mencuci pakaian” atau
pekerjaan “mencuci piring”
Hubungan antara mencuci
pakaian dan mencuci piring pada kalimat dalam (1) termasuk hubungan
makna “penjumlahan”, yaitu hubungan makna yang bersifat menjumlahkan,
menambahkan, atau menggabungkan, sedangkan hubungan antara mencuci pakaian dan
mencuci piring pada kalimat (2) termasuk hubungan makna “pemilihan”.
1.4.1.2.Hubungan Makna ‘Perturutan’
Yang dimaksud
hubungan makna ‘perturutan’ ialah hubungan makna yang menyatakan bahwa
peristiwa, keadaan, pervuatan yang dinyatakan dalam klausa itu berturut-turut
terjadi atau dilakukan secara jelas hubungan makna ini ditandai dengan kata
penghubung lalu.
Contohnya:
1.
Saya
mengambil buku diatas meja lalu saya membacanya.
Di samping kata
penghubung lalu di gunakan juga kata kemudian dan lantas.
Kata lantas lazim digunakan dalam bahasa Indonesia ragam, santai.
Contoh: 1. Dia mendengar suara itu lantas terbangun.
2.
Saya
pergi ke kampus, kemudian langsung masuk ke ruangan.
2.4.2.3.
Hubungan
Makna ‘Pemilihan’
Hubungan makna
‘pemilihan’ ialah hubungan makna yang dinyatakan bahwa hanya salah satu
tersebut pada klausa-klausa yang merupkan kenyataan.
Contohnya:
1.Kamu menangis
atau tertawa
Kalimat diatas
terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Kamu menangis dan 2. Tertawa
(kamu) tertawa. Kedua klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung atau.
Dengan kata penghubung atau jelas bahwa orang yang di ajak berbicara di minta
untuk memilih menangis atau tertawa, di minta memilih satu dari keduanya
berbeda halnya apabila kata penghubung atau di ganti dengan dan,
menjadi: 2. kamu menangis dan tertawa.
Disini orang yang diajak berbicara diminta melakukan dua pekerjaan,
yaitu menangis atau tertawa.
2.4.2.4.
Hubungan
Makna ‘Perlawanan’
Yang dimaksud
dengan hubungan makna ‘perlawanan’ ialah hubungan makna yang menyatakan bahwa
apa yang dinyatakan dalam klausa yang satu berlawanan atau berbeda dengan apa
yang dinyatakan dalam klausa lainnya. Secara jelas hubungan makna ini
dinyatakan dengan kata-kata penghubung, tetapi, tapi, akan tetapi, namun,
hanya, melainkan, sedang, sedangkan, padahal, dan sebaliknya.
Kata-kata penghubung di atas semuannya menyatakan hubungan makna
‘perlawanan’. Namun demikian, terlihat adanya perbedaan antara mereka. Kata tetapi
dan akan tetapi merupakam kata penghubung yang lazim di gunakan dalam
ragam resmi, berbeda dengan kata tapi yang lazim di gunakan dalam ragam
santai, dan kata namun yang banyak di gunakan ragam sastra.
Kata sedang
dan sedangkan di pakai dalam semua ragam bahasa hanya sebagai penghubung
yang menyatakan hubungan makna ‘perlawanan’, kata sedangkan lebih banyak di gunakan. Hal itu
mudah di pahami, oleh karena kata sedang sudah mempunyai beban yang
cukup banyak, yaitu sebagai kata sifat, kata tambah penunjuk aspek, dan sebagai
kata penghubung yang tidak setara.
Contohnya:
1. Mereka sudah
mengerjakan tugas, tetapi masih memerlukan perbaikan.
2. ibunya sudah
menegurnya sedangkan ia tidak mendengarkannya.
2.4.2.5.
Hubungan Makna ‘Lebih’
Untuk menjelaskan makna ini, diambil
contoh-contoh kalimat sebagai berikut
Contohnya:
1. Badannya
sering sakit bahkan sekarang sudah tidak dapat berdiri lagi
2.Ia cantik
bahkan tercantik di dalam kelas
Jadi pada
umumnya menyatakan klausa yang tingkatannya lebih dari kalusa di depannya.
2.4.2.5.
Hubungan
Makna ‘Waktu’
Hubungan makna
yang menyatakan waktu yaitu waktu terjadinya waktu permulaan maupun waktunya
perbuatan, peristiwa, atau keadaan yang tersebut klausa inti (Ramlan 2005:64).
Kata penghubung yang digunakan ketika, tatkala, tengah, sedang, waktu,
sewaktu, selagi, semasa, sementara, serta, demi, begitu, selamanya dan dalam.
Contohnya:
1. Kami baru menyelesaikan tugas tatkala senja menjemput
2. Dia baru datang sementara orang sudah pulang.
2.4.2.7. Hubungan Makna ‘ Perbandingan’
Hubungan makna
‘perbandingan’, menyatakan suatu makna perbandingan anatara apa yang dinyatakan
klausa inti dengan apa yang dinyatakan klausa bawahan (Ramlan,2005:67) kata
hubung yang digunakan dari pada dan lebih.
Contohnya:
1. Mereka lebih suka makan durian daripada mengkudu.
2. Daripada engkau
menonton telivisi lebih baik belajar.
2.4.2.8. Hubungan Makna ‘Sebab’
Terdapat hubungan makna
sebab apabila klausa bawahan atau alasan terjadinya peristiwa atau dilakukannya
tindakan tersebut dalam klausa inti (Ramla,2005:68-69). Hubungannya dapat
dinyatakan dengan kata penghubung sebab lantaran berhubung berkait dan
berkat.
Contohnya:
1. Irda tidak mau pindah kos karena kosnya murah.
2. Berhubung saya tidak
sering tidak datang lebih baik saya tidak masuk.
2.4.2.8. Hubungan Makna ‘Akibat’
Terdapat hubungan makna
akibat apabila klausa bawahan menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan klausa
inti (Ramlan,2005:70). Kata hubungnya adalah sehingga, sampai, dan
sampai-sampai.
Contohnya:
1. Kami nonton bioskop sampai
lupa waktu.
2. Siti tertawa terbahak-bahak sampai keluar air matanya.
2.4.2.9. Hubungan Makna ‘Syarat’
Terdapat hubungannya makna syarat apabila
klausa bawahan menyatakan makna syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut
pada klausa inti (Ramlan,2005:71). Hubungan ini ditandai dengan kata penghubung
jika, apabila, bilamana, jikalau, kalau.
Contohnya:
1. Apabila hujan turun risma tidak berani tidur sendirian.
2. Saya akan bernazar jika sesuatu yang saya inginkan
tercapai.
2.4.2.11. Hubungan Makna
‘Pengandaian’
Terdapat hubungan makna pengandaian apabila klausa bawahan
menyatakan suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi
klausa inti sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin
terlaksana (Ramlan, 2005: 72).
Hubungan makna ini ditandai secara jelas dengan kata- kata andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya,
dan seumpama. Misalnya:
1.
Andaikan
kami tidak dapat mengerjakan tugas dengan benar, kami meminta saran untuk
memperbaikinya.
2.
Sekiranya dia
seorang guru tentu dia dapat mengajarkan ilmunya.
3.
Saya
tidak akan pergi, seumpama ibu tidak
memberi izin.
2.4.2.12.
Hubungan Makna ‘Harapan’
Dalam hubungan ini klausa bawahan menyatakan sesuatu yang
diharapkan,ialah dengan terlaksananya atau dikerjakannya apa yang tersebut pada
klausa inti diharapkan akan terlaksana atau dikerjakan pula apa yang tersebut
pada klausa bawahan (Ramlan, 2005: 72-73).
Secara jelas hubungan makna ini dapat ditandai dengan kata- kata
penghubung agar, supaya, agar supaya, dan
biar. Misalnya:
1.
Disusunnya
buku- buku itu supaya tampak rapi.
2.
Perbanyaklah
membaca Alqur’an agar banyak mendapat
pahala.
3.
Kecilkan
api kompornya biar masakannya tidak
hangus.
2.4.2.13. Hubungan Makna ‘Penerang’
Terdapat hubungan makna penerang apabila klausa bawahan menerangkan
salah satu unsur yng terdapat pada klausa inti unsure yang diterangkan itu
selalu berupa kata atau frase nominal (Ramlan,2005: 73-74).
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makana ini
secara jelas ialah yang, dimana, dari
mana, dan, tempat. Kata
penghubung dimana dan dari mana tidak
digunakan dala bahasa Indonesia dalam ragam buku. Misalnya:
1.
Irda
dan nurhayati pergi membeli buah duku, yang
harganya dua kg Rp.15.000
2.
Mereka
berlagak seperti orang kaya, dimana keadaan
ekonomi orang tuanya biasa- biasa saja.
3.
Di
sekolah terdapat sebuah gedung perpustakaan, tempat siswa untuk membaca buku.
2.4.2.14
Hubungan Makna ‘Isi’
Terdapat hubungan makna isi apabila klausa bawahan menyatakan apa
yang dikatakan difikirkan, didengar, disadari, diyakini, diketahui, dinyatakan,
dijelaskan, dikemukakan, dinyatakan dalam kalusa inti, atau dengan singkat
dapat dikatakan bahwa klausa bawahan merupakan isi kalusa inti (Ramlan, 2005:
75).
Secara jelas hubungan makna ini ditandai dengan kata penghubung bahwa. Misalnya:
1.
Aku
baru sadar bahwa dia benar- benar
baik.
2.
Kami
baru tau bahwa minggu depan kami
ujian.
3.
Mereka
tidak sadar bahwa nama- namanya sudah
dicoret dari absen.
2.4.2.15. Hubungan Makna ‘Cara’
Terdapat hubungan makna cara apabila klausa bawahan menyatakan
bagaimana perbuatan yang disebutkan dalam klausa inti itu dilakukan atau
bagaimana peristiwa yang disebutkan dalam klausa inti itu terjadi (Ramlan,
2005: 76).
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini
secara jelaas ialah kata dengan, tanpa,
sambil, seraya, dan sembari.
Misalnya:
1.
Yeti
memanggil irda dengan tangan
dilambai- lambaikan.
2.
Aku
membaca buku sambil mendengarkan
musik.
3.
Dia
berkumur- kumur tanpa menggosok gigi.
2.4.2.16. Hubungan Makna ‘Perkecualian’
Terdapat
hubungan makna perkecualian apabila klausa bawahan menyatakan suatu
perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatu yang dikecualikan dari apa yang
dinyatakan dalam klausa inti (Ramlan, 2005: 77).
Kata penghubung
yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini secara jelas ialah kecuali dan selain. Misalnya:
1.
Dia
tidak mau menolong orang lain selain
ibunya.
2.
Adik
tidak akan pulang kecuali ayah mau
membelikan dia sepeda.
2.4.2.17.Hubungan Makna ‘Kegunaan’
Terdapat
hubungan makna kegunaan apabila klausa bawahan menyatakan kegunaan, menjawab
pertanyaan untuk apa. Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan
makna ini secara jelas ialah kata untuk,
guna, dan buat (Ramlan, 2005: 77-
78). Misalnya:
1.
Ibu
membeli sepatu baru untuk ayah.
2.
Saya
memasak nasi goreng buat serapan
pagi.
3.
Dini
rajin belajar guna mendapatkan
peringkat pertama.
1 komentar:
terima kasih
Posting Komentar