Rabu, 27 Mei 2015

KALIMAT SEDERHANA DAN KALIMAT LUAS




SINTAKSIS
KALIMAT SEDERHANA DAN KALIMAT LUAS

Nurhayati (136210938)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014/2015

KALIMAT SEDERHANA DAN KALIMAT LUAS              
A.    Pengertian Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas

Kalimat sederhana adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Sedangkan kalimat luas adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih.
Contoh kalimat sederhana:
1.      Awalnya ia hanya ingin meminta maaf saja.
2.      Ayah saya berusia 43 tahun.
3.      Dia mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.
Contoh kalimat luas:
4.      Dia mengakui,  bahwa dia telah berbohong kepada ibunya.
5.      Erna mengunci motornya,  kemudian masuk ke dalam rumahnya.
6.      Kostnya bagus,  tetapi banyak sampah yang berserakan.

Penjelasan : untuk kalimat nomor 1-3 adalah contoh kalimat sederhana karena hanya memiliki satu klausa. Sedangkan untuk contoh kalimat nomor 4-6 adalah contoh kalimat luas karena memiliki dua klausa. Pada kalimat nomor 4 ada dua klausa yaitu dia mengakui dan bahwa dia telah berbohong kepada ibunya. Untuk kalimat nomor 5 ada dua klausa yaitu: erna mengunci motornya dan kemudian masuk ke dalam rumahnya. Kemudian kalimat nomor 6 juga ada dua klausa yaitu : kostnya bagus dan tetapi banyak sampah yang berserakan.
2.4.1. Hubungan Gramatik antara Klausa yang Satu dengan Klausa yang lain dalam Kalimat Luas.
Perhatikan contoh di bawah ini:
1.      Andi berkata,  bahwa dia telah belajar tadi malam.
2.      Riska marah,  kemudian menutup rumahnya.
3.      Kampusnya bagus,  dan mahasiswanya tidak boleh merokok sembarangan.
Penjelasan : hubungan masing-masing kalimat di atas adalah kalimat nomor satu tersebut ada dua klausa, jadi klausa Andi berkata adalah bagian dari klausa bahwa dia telah belajar tadi malam. Begitu juga untuk kalimat nomor 2 dan 3, setiap klausa pertama selalu berhubungan dengan klausa kedua, karena keduanya merupakan satu kalimat yang meskipun dipisahkan tetap bisa berdiri sendiri dan memiliki maka.
Berdasarkan uraian di atas, maka kalimat luas, berdasarkan hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan klausa yang lain yang menjadi unsurnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1.      Kalimat luas yang setara.
2.      Kalimat luas yang tidak setara.

1.4.1.1. Kalimat Luas yang setara
Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya, masing-masing berdiri sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu sebagai klausa inti semua. Klausa- klausa ini dihubungkan dengan penghubung yang disebut penghubung yang setara ( Ramlan, 2005:46).
Penghbung yang setara ini antara lain sebagai berikut: dan, lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, akan tetapi, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan dan malahan.
Contoh kalimat luas yang setara seperti di bawah ini:
1.      Rambutnya panjang,  tetapi tidak terawat.
2.      Anak itu pintar,  lagi pula orang tuanya selalu memperhatikan kebutuhannya.
3.      Orang itu hidup susah, sedangkan tetangganya adalah orang berada.
Ada pula kalimat luas yang setara namun tidak diberi tanda atau penghubung, misalnya:
1.      Ketika sedang makan, dia mengambil air minum.
2.      Mereka berada di dalam bus, memperhatikan kendaraan yang lalu lalang.
3.      Orang itu sangat cantik, dia juga baik hati.

1.4.1.2. Kalimat Luas yang Tidak Setara
      Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa yang lain. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya itu disebut klausa bawahan, sedangkan klausa lainnya disebut klausa inti. Jadi kalimat luas yang tidak setara terdiri dari dari klausa inti dan klausa bawahan, sedangkan kalimat luas yang setera terdiri dari klausa inti semua.
1.      Klausa bawahan kadang- kadang merupakan O bagi klausa inti.
Misalnya: ayah mengucapkan selamat tinggal bahwa dia akan pergi
            Pada kalimat ini, terdiri dari dua klausa ayah mengucapkan selamat tinggal sebagai klausa inti dan klausa dia akan pergi sebagai klausa bawahan. Kata bahwa pada kalimat ini berfungsi sebagai penghubung klausa. Dalam hubungan dengan klausa inti, klausa bawahan itu menduduki fungsi O. hal itu akan menjadi jelas apabila klausa bawahan itu disubtitusi dengan hal itu sehingga kalimat diatas menjadi : ayah mengucap selamat tinggal hal itu.
2.      Klausa bawahan kadang- kadang merupakan S klausa inti.
Misalnya bentuk pasif dalam kalimat : Anak itu sudah berkata bahwa ia tidak mau masuk sekolah.
      Pada kalimat diatas terdiri dari dua klausa yaitu 1. Anak itu sudah berkata sebagai klausa inti dan 2.ia tidak mau masuk sekolah sebagai klausa bawahan, yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki funsi S. hal itu jelas apabila klausa bawahan itu di substitusi dengan hal itu sehingga kalimat diatas itu menjadi : Anak itu sudah berkata hal itu.
Anak itu sudah berkata menduduki fungsi P dan hal itu menduduki fungsi S

3.      Klausa bawahan kadang- kadang merupakan PEL bagi klausa inti.
Misalnya: Aku sudah menyadarinya bahwa dia bukan milikku.
            Kalimat diatas terdiri dari dua klausa, yaitu 1.Aku sudah menyadarinya sebagai klausa inti dan 2. Dia bukan milikku sebagai kl;ausa bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti mrnduduki fungsi PEL. Hal itu dijelaskan apabila klausa bawahan kedua kalimat itu di substitusi dengan hal itu hingga satu kalimat itu menjadi Aku sudah menyadarinya hal itu.

4.      Klausa bawahan kadang- kadang merupakan KET bagi klausa inti.
Misalnya: Para dosen sudah menghadiri ruang rapat, dekan pun belum hadir.
                  Kalimat diatas terdiri dari dua klausa yaitu 1. Para dosen sudah menghadiri ruang rapat dan 2.dekan pun belum hadir. Klausa pertama merupakan klausa bawahan yang dalam hubungannya dengan klausa inti menduduki fungsi keterangan. Hal ini menjadi jelas apabila klausa bawahan satu kalimat diatas itu disubstitusi dengan kata kemarin dan pada tahun yang lalu.
1.      Kemarin dekan pun belum hadir.


1.4.1.      Hubungan makna antara klausa yang satu dengan klausa lainnya dalam kalimat luas.
      Dalam kalimat luas terdapat juga hubungan makna yang timbul sebagai akibat pertemuan antara klausa yang satu dengan klausa lainnya, baik antara klausa inti dengan klausa inti, maupun antara klausa inti dengan klausa bawahan.
1.4.1.1.Hubungan  Makna ‘Penjumlahan’
Contohnya:
1. setiap hari saya mencuci pakaian dan mencuci piring
2. setiap hari saya mencuci pakaian atau mencuci piring
            Dengan kalimat (1) diatas menyatakan bahwa setiap hari saya melakukan dua pekerjaan, yaitu pekerjaan “mencuci pakaian” dan “mencuci piring”, sedangkan  kalimat (2) dinyatakan bahwa setiap hari saya hanya melakukan satu pekerjaan, yaitu pekerjaan “mencuci pakaian” atau pekerjaan “mencuci piring”
            Hubungan antara mencuci pakaian dan mencuci piring pada kalimat dalam (1) termasuk hubungan makna “penjumlahan”, yaitu hubungan makna yang bersifat menjumlahkan, menambahkan, atau menggabungkan, sedangkan hubungan antara mencuci pakaian dan mencuci piring pada kalimat (2) termasuk hubungan makna “pemilihan”.
1.4.1.2.Hubungan Makna ‘Perturutan’
            Yang dimaksud hubungan makna ‘perturutan’ ialah hubungan makna yang menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, pervuatan yang dinyatakan dalam klausa itu berturut-turut terjadi atau dilakukan secara jelas hubungan makna ini ditandai dengan kata penghubung lalu.
Contohnya:
1.      Saya mengambil buku diatas meja lalu saya membacanya.
            Di samping kata penghubung lalu di gunakan juga kata kemudian dan lantas. Kata lantas lazim digunakan dalam bahasa Indonesia ragam, santai.
Contoh:     1.  Dia mendengar suara itu lantas terbangun.
2.      Saya pergi ke kampus, kemudian langsung masuk ke ruangan.

2.4.2.3.  Hubungan Makna ‘Pemilihan’
            Hubungan makna ‘pemilihan’ ialah hubungan makna yang dinyatakan bahwa hanya salah satu tersebut pada klausa-klausa yang merupkan kenyataan.
Contohnya:
1.Kamu menangis atau tertawa
            Kalimat diatas terdiri dari dua klausa, yaitu 1. Kamu menangis dan 2. Tertawa (kamu) tertawa. Kedua klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung atau. Dengan kata penghubung atau jelas bahwa orang yang di ajak berbicara di minta untuk memilih menangis atau tertawa, di minta memilih satu dari keduanya berbeda halnya apabila kata penghubung atau di ganti dengan dan, menjadi: 2. kamu menangis dan tertawa.  Disini orang yang diajak berbicara diminta melakukan dua pekerjaan, yaitu menangis atau tertawa.

2.4.2.4.  Hubungan Makna ‘Perlawanan’
            Yang dimaksud dengan hubungan makna ‘perlawanan’ ialah hubungan makna yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa yang satu berlawanan atau berbeda dengan apa yang dinyatakan dalam klausa lainnya. Secara jelas hubungan makna ini dinyatakan dengan kata-kata penghubung, tetapi, tapi, akan tetapi, namun, hanya, melainkan, sedang, sedangkan, padahal, dan sebaliknya.
            Kata-kata penghubung di atas semuannya menyatakan hubungan makna ‘perlawanan’. Namun demikian, terlihat adanya perbedaan antara mereka. Kata tetapi dan akan tetapi merupakam kata penghubung yang lazim di gunakan dalam ragam resmi, berbeda dengan kata tapi yang lazim di gunakan dalam ragam santai, dan kata namun yang banyak di gunakan ragam sastra.
            Kata sedang dan sedangkan di pakai dalam semua ragam bahasa hanya sebagai penghubung yang menyatakan hubungan makna ‘perlawanan’, kata  sedangkan lebih banyak di gunakan. Hal itu mudah di pahami, oleh karena kata sedang sudah mempunyai beban yang cukup banyak, yaitu sebagai kata sifat, kata tambah penunjuk aspek, dan sebagai kata penghubung yang tidak setara.
Contohnya:
1. Mereka sudah mengerjakan tugas, tetapi masih memerlukan perbaikan.
2. ibunya sudah menegurnya sedangkan ia tidak mendengarkannya.
2.4.2.5. Hubungan Makna ‘Lebih’
            Untuk menjelaskan makna ini, diambil contoh-contoh kalimat sebagai berikut
Contohnya:
1. Badannya sering sakit bahkan sekarang sudah tidak dapat berdiri lagi
2.Ia cantik bahkan tercantik di dalam kelas
Jadi pada umumnya menyatakan klausa yang tingkatannya lebih dari kalusa di depannya.
2.4.2.5.  Hubungan Makna ‘Waktu’
            Hubungan makna yang menyatakan waktu yaitu waktu terjadinya waktu permulaan maupun waktunya perbuatan, peristiwa, atau keadaan yang tersebut klausa inti (Ramlan 2005:64). Kata penghubung yang digunakan ketika, tatkala, tengah, sedang, waktu, sewaktu, selagi, semasa, sementara, serta, demi, begitu, selamanya dan dalam.
Contohnya:
1. Kami baru menyelesaikan tugas tatkala senja menjemput
2. Dia baru datang sementara orang sudah pulang.
2.4.2.7. Hubungan Makna ‘ Perbandingan’
      Hubungan makna ‘perbandingan’, menyatakan suatu makna perbandingan anatara apa yang dinyatakan klausa inti dengan apa yang dinyatakan klausa bawahan (Ramlan,2005:67) kata hubung yang digunakan dari pada dan lebih.
Contohnya:
1. Mereka lebih suka makan durian daripada mengkudu.
2. Daripada  engkau menonton telivisi lebih baik belajar.
2.4.2.8. Hubungan Makna ‘Sebab’
      Terdapat hubungan makna sebab apabila klausa bawahan atau alasan terjadinya peristiwa atau dilakukannya tindakan tersebut dalam klausa inti (Ramla,2005:68-69). Hubungannya dapat dinyatakan dengan kata penghubung sebab lantaran berhubung berkait dan berkat.

Contohnya:
1. Irda tidak mau pindah kos karena kosnya murah.
2. Berhubung saya tidak  sering tidak datang lebih baik saya tidak masuk.
2.4.2.8. Hubungan Makna ‘Akibat’
      Terdapat hubungan makna akibat apabila klausa bawahan menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan klausa inti (Ramlan,2005:70). Kata hubungnya adalah sehingga, sampai, dan sampai-sampai.
Contohnya:
1. Kami  nonton bioskop sampai lupa waktu.
2. Siti tertawa terbahak-bahak sampai keluar air matanya.
2.4.2.9. Hubungan Makna ‘Syarat’
                  Terdapat hubungannya makna syarat apabila klausa bawahan menyatakan makna syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti (Ramlan,2005:71). Hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila, bilamana, jikalau, kalau.
Contohnya:
1. Apabila hujan turun risma tidak berani tidur sendirian.
2. Saya akan bernazar jika sesuatu yang saya inginkan tercapai.

  2.4.2.11. Hubungan Makna ‘Pengandaian’
Terdapat hubungan makna pengandaian apabila klausa bawahan menyatakan suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi klausa inti sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin terlaksana (Ramlan, 2005: 72).
Hubungan makna ini ditandai secara jelas dengan kata- kata andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama. Misalnya:
1.      Andaikan kami tidak dapat mengerjakan tugas dengan benar, kami meminta saran untuk memperbaikinya.
2.      Sekiranya dia seorang guru tentu dia dapat mengajarkan ilmunya.
3.      Saya tidak akan pergi, seumpama ibu tidak memberi izin.

2.4.2.12. Hubungan Makna ‘Harapan’
Dalam hubungan ini klausa bawahan menyatakan sesuatu yang diharapkan,ialah dengan terlaksananya atau dikerjakannya apa yang tersebut pada klausa inti diharapkan akan terlaksana atau dikerjakan pula apa yang tersebut pada klausa bawahan (Ramlan, 2005: 72-73).
Secara jelas hubungan makna ini dapat ditandai dengan kata- kata penghubung agar, supaya, agar supaya, dan biar. Misalnya:
1.      Disusunnya buku- buku itu supaya tampak rapi.
2.      Perbanyaklah membaca Alqur’an agar banyak mendapat pahala.
3.      Kecilkan api kompornya biar masakannya tidak hangus.

2.4.2.13. Hubungan Makna ‘Penerang’
Terdapat hubungan makna penerang apabila klausa bawahan menerangkan salah satu unsur yng terdapat pada klausa inti unsure yang diterangkan itu selalu berupa kata atau frase nominal (Ramlan,2005: 73-74).
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makana ini secara jelas ialah yang, dimana, dari mana, dan, tempat. Kata penghubung dimana dan dari mana tidak digunakan dala bahasa Indonesia dalam ragam buku. Misalnya:
1.      Irda dan nurhayati pergi membeli buah duku, yang harganya dua kg Rp.15.000
2.      Mereka berlagak seperti orang kaya, dimana keadaan ekonomi orang tuanya biasa- biasa saja.
3.      Di sekolah terdapat sebuah gedung perpustakaan, tempat siswa untuk membaca buku.

2.4.2.14 Hubungan Makna ‘Isi’
Terdapat hubungan makna isi apabila klausa bawahan menyatakan apa yang dikatakan difikirkan, didengar, disadari, diyakini, diketahui, dinyatakan, dijelaskan, dikemukakan, dinyatakan dalam kalusa inti, atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa klausa bawahan merupakan isi kalusa inti (Ramlan, 2005: 75).
Secara jelas hubungan makna ini ditandai dengan kata penghubung bahwa. Misalnya:
1.      Aku baru sadar bahwa dia benar- benar baik.
2.      Kami baru tau bahwa minggu depan kami ujian.
3.      Mereka tidak sadar bahwa nama- namanya sudah dicoret dari absen.

2.4.2.15.  Hubungan Makna ‘Cara’
Terdapat hubungan makna cara apabila klausa bawahan menyatakan bagaimana perbuatan yang disebutkan dalam klausa inti itu dilakukan atau bagaimana peristiwa yang disebutkan dalam klausa inti itu terjadi (Ramlan, 2005: 76).
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini secara jelaas ialah kata dengan, tanpa, sambil, seraya, dan sembari. Misalnya:
1.      Yeti memanggil irda dengan tangan dilambai- lambaikan.
2.      Aku membaca buku sambil mendengarkan musik.
3.      Dia berkumur- kumur tanpa menggosok gigi.
2.4.2.16. Hubungan Makna ‘Perkecualian’
Terdapat hubungan makna perkecualian apabila klausa bawahan menyatakan suatu perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatu yang dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa inti (Ramlan, 2005: 77).
Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini secara jelas ialah kecuali dan selain. Misalnya:
1.      Dia tidak mau menolong orang lain selain ibunya.
2.      Adik tidak akan pulang kecuali ayah mau membelikan dia sepeda.

2.4.2.17.Hubungan Makna ‘Kegunaan’
Terdapat hubungan makna kegunaan apabila klausa bawahan menyatakan kegunaan, menjawab pertanyaan untuk apa. Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini secara jelas ialah kata untuk, guna, dan buat (Ramlan, 2005: 77- 78). Misalnya:
1.      Ibu membeli sepatu baru untuk ayah.
2.      Saya memasak nasi goreng buat serapan pagi.
3.      Dini rajin belajar guna mendapatkan peringkat  pertama.

1 komentar:

Nantikanku dibatas waktu mengatakan...

terima kasih

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates