MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
PENENTUAN KELAS
KATA DALAM BAHASA DAERAH
DOSEN PEMBIMBING
: ROZIAH, SP.d; M.A
NAMA : NURHAYATI
KELAS : 3 E
NPM : 136210938
PROGRAM STUDI BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM
RIAU
PEKANBARU
2014/2015
1.
Pengertian Fonem
Menurut Drs. Yayat Sudaryat, M.
Hum fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya
satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Sedangkan menurut Masnur Muslich, fonem adalah kesatuan bunyi
terkecil suatu bahasa yang dapat membedakan makna.
2.
Jenis-Jenis Morfem
a. Jenis
Morfem berdasarkan produktivitasnya
i.
Bentuk afiks produktif : morfem afiks yang
terus menerus mampu membentuk kata-kata
baru. Misalnya morfem afiks ke-an dapat membentuk bentuk kata keterlaluan,
keadilan, dll.
ii.
Bentuk afiks yang tidak produktif : morfem
yang tidak lagi membentuk kata-kata
baru. Contohnya afiks -em- pada kata gemetar, afiks -er- pada kata telunjuk dan
afiks -er- pada kata gerigi.
b. Jenis
Morfem Berdaskan Relasi Unsurnya
i.
Morfem Utuh :
morfem yang deretan fonemnya tidak terpisah. Contohnya manusia, selalu,
yang, dll.
ii.
Morfem terbelah : morfem yang terlepas dari
pemakainya . morfem ini merupakan gabungan dari dua morfem. Anggapan itu jelas
belum bisa dipertanggungjawabkan.
c. Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya.
i.
Morfem Bahasa Indonesia Asli : morfem yang
berasal dari bahasa Indonesia asli, yaitu meN, ber, per, dll.
ii.
Morfem Berasal dari Bahasa Daerah di
Indonesia, seperti (ke-) ketawa, (pra-) prasangka, dll.
iii.
Morfem yang hanya melekat pada bentuk dasar
bahasa asingnya, contoh (us) pada kata politikus, dll.
d. Jenis
Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem yang
Menjadi Unsurnya.
i.
Monofonemis : morfem yang berunsur satu,
contohnya (i) pada kata memetiki.
ii.
Polifonemis : morfem yang berunsur lebih dari
satu fonem, contohnya (an), (di), (ke), yang terdiri dari dua fonem.
e. Morfem
Berdasarkan Keterbukaan dengan Morfem Lain.
i.
Morfem Terbuka : morfem
yang dapat dibentuk menjadi konstruksi yang lebih besar dengan membubuhkan
afiks. Contoh nya paku, bajak.
ii.
Morfem Tertutup : morfem yang tidak dapat
menjadi konstruksi yang lebih besar. Contohnya jarum, tongkat.
f. Jenis
Morfem Berdasarkan Bermakna Tidaknya.
i.
Morfem Leksikal : Morfem yang langsung bermakna,
maknanya bisa dicari di dalam
kamus. Contohnya lapor, kedua, merah, dll.
ii.
Morfem Gramatikal : morfem yang maknanya bisa
diketahui apabila sudah berada pada konstruksi atau bentuk dasar.
Contohnya ter pada kata terdakwa.
g. Contoh
Monomorfemis 5 buah yaitu:
i.
Abiotik
ii.
Asusila
iii.
Amoral
iv.
Cermati
v.
Godai
h. Contoh Polimorfemis
i.
Abnormal
ii.
Kopilot
iii.
Nonhayati
iv.
Nonkonvensional
v.
Indisipliner
TUGAS MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
1.
Tulis dan jelaskan 2
contoh afiksasi dalam bahasa daerah masing-masing!
Afiks
adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar
akan mengubah makna gramatikal (seperti prefiks, infiks, konfiks, atau sufiks),
atau (Hasan Alwi, dkk. 2004:31) afiks
adalah bentuk (atau morfem) terikat yg dipakai untuk menurunkan kata imbuhan. Mencari
afiks dalam bahasa daerah masing-masing ( dalam hal ini saya menggunakan bahasa
Jawa Timur dialek Nganjuk). Dalam bahasa Jawa, Poedjosoedarmo, dkk. (1979:186)
menyebutkan ada empat jenis afiks, yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan
simulfiks.
A. Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian
belakang kata dasar, misalnya sufiks -an, -kan, dan -i; dan –nya (Abdul Chaer, 2008: 23)
1. sufiks - i
tekon merupakan kata dasar dalam bahasa
jawa yang berarti “tanya”. (Depdiknas,
2008: 1401) Tanya artinya
permintaan keterangan (penjelasan dsb) termasuk kelas kata nomina, setelah mendapat sufiks -i menjadi tekoni
yang berarti “bertanya”, dan berubah menjadi kelas kata verba.
tekoni
-i tekon
Contoh kalimat: Kamu
ini ditanyai diam saja!
(Koe iki ditekoni
meneng wae!)
lungguh merupakan
kata dasar dan termasuk kelas kata verba yang berarti “duduk”, (Depdiknas, 2008: 344) duduk adalah meletakkan tubuh atau letak
tubuhnya dengan bertumpu pada pantat. Setelah
mendapat sufuks –i menjadi lungguhi dan
tetap termasuk kelas kata verba.
lungguhi
-i lungguh
2. Sufiks –kan
golek termasuk kata dasar yang berarti “cari”.
(Depdiknas, 2008: 344) cari adalah
temukan sesuatu. Berada dalam kelas kata verba, tetapi setelah mendapat sufiks
–i berubah menjadi golekke yang
artinya “mencari” dan tetap berada kelas kata verba.
golekke
-ke golek
Contoh
kalimat : Tolong carikan saya pena merah!
(Tulung
golekke aku pena abang)
celuk merupakan kata dasar dalam bahasa Jawa yang
berarti “panggil”. (Depdiknas, 2008:
1012) panggil adalah mengajak meminta untuk datang atau menyerukan nama.
panggil termasuk kelas kata verba, setelah mendapat sufiks –kan maka berubah
menjadi celukke yang berarti “panggilkan” tetapi setelah mendapat sufiks
–kan berubah menjadi kalimat perintah.
celukke
-ke celuk
Contoh
kalimat : Panggilkan ayahmu!
(Celukke
bapakmu!)
3. sufiks –an
ombe termasuk kata dasar dalam
bahasa jawa dan termasuk kelas kata verba yang berarti minum, (Depdiknas, 2008: 917) minum adalah memasukkan air
kedalam mulut dan meminumnya. Setelah mendapat sufiks –an maka berubah menjadi ombean
yang berarti minuman , tetapi berubah menjadi kelas kata nomina.
ombean
-an
ombe
Icontoh
kalimat : Minuman ini kurang manis!
(Ombean
iki kurang manis!)
dolan merupakan kata dasar dalam
bahsa jawa yang berarti main. (Depdiknas,
2008: 857) main adalah melakukan
aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati. Termasuk kelas kata verba,
setelah mendapat sufiks –an maka berubah menjadi dolanan yang berarti mainan dan berubah menjadi kelas
kata nomina.
dolanan
-an dolan
Contoh
kalimat : Nanti kalau kamu pulang, jangan lupa belikan adikmu mainan!
(Engko
nek awakmu balek, ojo lali tukokne adekmu dolanan!)
4.
sufiks –nya
klambi termasuk kata dasar dalam bahasa jawa yang
berarti “baju” . (Depdiknas, 2008: 120) baju adalah pakaian penutup pada bagian atas. Termasuk
kelas kata nomina, setelah mendapat sufiks –nya berubah menjadi klambine yang
berarti “bajunya” dan menjadi kata
kepemilikan.
klambine
-ne klambi
Contoh
kalimat : Bajunya kakakmu baru ya?
(Klambine
mbakmu anyar yo?)
opo termasuk kata dasar dalam
bahasa jawa yang berarti “apa”.
(Depdiknas, 2008: 79) apa artinya kata tanya untuk menanyakan nama. Termasuk
kelas kata pronomina. Setelah mendapat sufiks –nya kata tersebut menjadi opone
yang berarti “apanya” dan termasuk kelas kata pronomina.
Opone
-ne opo
Contoh
kalimat : Apanya yang luka?
(Opone
sing bundas?)
B. Prefiks adalah afiks yang
dibubuhkan dikiri bentukdasar (Abdul
Chaer, 2008: 23).
1.
prefiks meN
1.1 meng-
arep merupakan kata dasar dan
termasuk nomina yang artinya “depan”. (Depdiknas, 2008: 314) depan artinya hadapan. Setelah
mendapat prefiks meng- maka berubah menjadi mengarep yang artinya “ke
depan” dan termasuk kelas kata pronomina.
mengarep
meng- arep
contoh
kalimat : Tadi larinya ke depan!
(Mau
mlayune mengarep!)
guri
merupakan kata dasar dalam bahasa jawa dan
termasuk nomina yang berarti “belakang” . (Depdiknas, 2008: 160)
belakang artinya bagian tubuh dibalik dada atau perut . Setelah mendapat
prefiks meng- maka berubah menjadi mengguri yang berarti “ ke belakang”
dan termasuk kelas kata pronomina.
mengguri
meng- guri
Contoh
kalimat : Itu arahnya ke belakang!
(
Kae arahe mengguri!)
1.2 me-
rono merupakan kata dasar yang berarti “sana”.
(Depdiknas, 2008: 1218) sana artinya
penunjuk tempat yang jauh. Termasuk kelas kata pronomina. Setelah mendapat
prefiks me- maka berubah menjadi merono yang artinya “ke sana” dan masih
termasuk kelas kata pronomina.
merono
me- rono
Contoh
kalimat : Anak itu main ke sana!
(Bocah
kui dolan merono!)
rene merupakan kata dasar yang berarti “sini”.
(Depdiknas, 2008: 1314) sini artinya penunjuk tempat. Termasuk kelas
kata pronomina. Setelah mendapat prefiks me- maka berubah menjadi merene
yang artinya “ke sini” dan masih termasuk kelas kata pronomina.
merene
me- rene
Contoh
kalimat : Kapan kamu datang ke sini?
(Kapan
koe teko merene?)
2.
prefiks per-
deso merupakan kata dasar yang berarti “desa”.
(Depdiknas, 2008: 318) desa artinya kesatuan wilayah yang dihuni
oleh keluarga yang mempunyai pemerintahan sendiri. Termasuk ke dalam kelas kata
nomina, setelah mendapat prefiks per- maka kata tersebut berubah menjadi perdeso
yang artinya “perdesa” dan tetap berada
pada kelas kata nomina.
perdeso
per
deso
Contoh
kalimat : Sembako dibagikan masing-masing perdesa.
(Sembako
dibagikke masing-masing perdeso).
uwong merupakan kata dasar yang berarti “orang”.
(Depdiknas, 2008: 986) orang artinya
manusia. Termasuk ke dalam kelas kata nomina, setelah mendapat prefiks per-
maka kata tersebut berubah menjadi peruwong yang artinya “perorang” dan tetap berada pada kelas kata nomina.
peruwong
per- uwong
Contoh
kalimat : Perorang mendapatkan satu liter minyak.
(Peruwong
oleh sak liter minyak).
C. Infiks
adalah imbuhan yang disisipkan setelah huruf pertama pada kata dasar (Abdul
Chaer, 2008:23)
a.
-em-
silir
merupakan kata dasar yang berarti “sejuk”. (Depdiknas, 2008: 1242) sejuk artinya berasa atau terasa
dingin. Merupakan kelas kata adjektiva,
setelah mendapat infiks –em- maka berubah menjadi semilir yang artinya
“sejuk karena banyak angin” tetapi kata itu tetap berada pada kelas kata
adjektiva.
semilir
-em- silir
Contoh
kalimat : Angin semilir membuat saya mengantuk.
(Angin
semilir nggawe aku ngantuk).
sugih merupakan kata dasar yang berarti “kaya”.
(Depdiknas, 2008: 640) kaya artinya
mempunyai banyak harta. Merupakan kelas kata adjektiva, setelah mendapat infiks
–em- maka berubah menjadi semugih yang artinya “terlalu kaya” tetapi
kata itu tetap berada pada kelas kata adjektiva.
semugih
-em- sugih
Contoh
kalimat : Semakin lama orang itu semakin kaya.
(Semakin
suwi, wong iku makin semugih)
b.
-in-
Menurut
Munjito dalam http://muntijo.wordpress.com/2010/08/23/afiksasi-bahasa-jawa/) ada beberapa contoh infiks dalam bahasa jawa.
{sawang} + {-in-}
→ /sinawag/ [sinawaŋ] ‘dipandang’
Kata dasarnya yaitu pandang. (Depdiknas, 2008: 1010) pandang artinya penglihatan yang tetap
dan agak lama. Termasuk ke dalam kelas kata nomina. Setelah mendapat infiks
–in-, tetap menjadi kelas kata nomina yang artinya di pandang.
Contoh kalimat : Semakin dipandang semakin
cantok saja.
(Makin disinawang makin ayu wae).
{wangun} + {-in-}
→ /winagun/ [winaŋun] ‘dibangun’.
Kata dasarnya yaitu bangun. (Depdiknas, 2008: 134) bangun artinya bangkit berdiri.
Termasuk ke dalam kelas kata verba. Setelah mendapat infiks –in-, tetap menjadi
kelas kata nomina yang artinya bangun.
Contoh
kalimat : Anak gadis pagi-pagi harus cepat bangun.
(Cah
gadis isuk-isuk kudu ndang winangun).
D.
konfiks adalah gabungan dari prefiks dan sufiks yang di tambahkan di awal dan
di akhir kata dasar (Abdul Chaer, 2008:23).
ke-an : pegel merupakan kata dasar yang berarti “lelah”. (Depdiknas, 2008: 806) lelah
artinya penat, letih, payah. Termasuk ke dalam kelas
kata adjektiva. Setelah mendapat konfiks ke-an maka berubah menjadi kepegelen
yang artinya “terlalu lelah” dan masih dalam kelas kata adjektiva.
kepegelen
ke-an pegel
ke-an
: pendek merupakan kata dasar
yang berarti “rendah” . (Depdiknas, 2008: 1163) rendah artinya dekat ke bawah,
tidak tinggi. Termasuk ke dalam kelas kata adjektivaa.
Setelah mendapat konfiks ke-an maka berubah menjadi kependeken yang
artinya ‘terlalu rendah” dan masih dalam kelas kata adjektiva.
Contoh
kalimat : Saya kecapaian membuat tugas morfologi.
(Aku
kepegelen nggawe tugas morfologi).
kependeken
ke-an pendek
Contoh
kalimat : Talinya kependekan!
(
Taline kependekan!).
E.
Simulfiks (penyingkatan imbuhan)
ny- nyuci, kata dasarnya cuci
artinya mencuci. (Depdiknas, 2008: 277) cuci artinya membersihkan sesuatu
dengan air.
Contoh kalimat : Kakak sedang mencuci baju.
( Mbak lagek nyuci klambi)
n- nurun kata dasarnya turun artinya sifat
keturunan. (Depdiknas, 2008: 1508) turun artinya bergerak ke arah
bawah.
Contoh
kalimat : Belum meninggal, sifatnya sudah menurun.
(Urung
mati sifate wis diturun).
ng-
nggodok kata dasarnya godok
artinya merebus. (Depdiknas, 2008: 1151) rebus artinya memasak sesuatu dengan air
mendidih.
Contoh kalimat : Ibu merebus daun jambu.
(Mamak nggodok godong jambu).
m-
motel kata dasarnya potel artinya
putus. (Depdiknas, 2008: 1124) putus
artinya tidak berhubungan lagi.
Contoh
kalimat : Dia memminta putus dengan pacarnya.
(De’e
njaluk motel karo pacare).
nge- ngendong kata dasarnya gendong artinya membawa
sesuatu. (Depdiknas, 2008: 150) bawa artinya angkat
ketempat lain.
Contoh kalimat : Sepupuku membawa
adikku.
(Sepupuku ngendong adekku).
2.Tulis
dan jelaskan 2 contoh verba dalam bahasa daerah masing-masing!
Verba
adalah kata yang menggambarkan proses,
perbuatan, atau keadaan, kata kerja . (Depdiknas, 2008: 1546)
a. verba
dari segi perilaku semantisnya
nggebug
artinya
memukul
kakek
memukul ular yang melintas di belakang rumah
(Mbah
nggebug ulo sing dicekel ning mburi omah)
Nyolong artinya mencuri
Maling itu mencuri uang pak lurah
kemarin malam
(maling kui nyolong duite
pak lurah ndek’ingi bengi)
b. verba
dari segi peilaku sintaksisnya
1.
verba transitif
1.1 verba
ekatransitif adalah verba transitif yang
diikuti oleh satu objek.
Nggodok artinya
merebus
Ibu
merebus daun sirih
(mamak
nggodok godong teloh)
Macul artinya
mencangkul
Ayah
sedang mencangkul di sawah
(bapak
lagek macul ning sawah)
1.2 verba
dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh dua
nomina, satu sebagai objek dan satu lagi sebagai pelengkap.
Nggolek
artinya mencari
Andi sedang mencari ikan
untuk adiknya.
(Andi lagek nggolek
iwak nggo adik’e)
Nukokke artinya
membelikan
Evi membelikan adiknya
pulsa.
( evi nukokke
pulsa nggonadik’e)
1.3 verda
semitransitif adalah verba yang objeknya boleh ada dan boleh juga tidak.
Masak
artinya memasak
Ibu sedang memasak
Ibu sedang memasak
nasi
(Mamak lagek masak)
(Mamak lagek masak
sego)
Nyuci
artinya mencuci
Pia sedang mencuci
Pia sedang mencuci
baju
(Pia lagek nyuci)
(Pia lagek nyuci
klambi)
2. Verba
Taktransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat
berfungsi sebagai kalimat pasif.
Teko
artinya datang
Maaf, Bu, paman belum datang
(Nyuwun sewu, Bu,
paklek durung teko)
Modar
artinya mati
Ayamku mati
kemarin sore
(Pitikku modar
ndek’ingi sore).
3. Verba
Berpreposisi adalah verba taktransitif yang selalu diikuti oleh preposisi
tertentu.
Nyesel
ning artinya menyesal di
Aku menyesal di hati
telah membohongi kamu
(Aku nyesel ning
ati wis ngapusi koe)
Minat ning
artinya berminat pada
Adik saya berminat di
jurusan penjaskes
(Adikku minat
ning jurusan penjaskes)
4. Verba
dari segi bentuknya
4.1 Verba
asal adalah verba yang berdiri sendiri tanpa afiks.
Adus
artinya mandi.
Saya mandi di
sungai.
(Aku adus
ning kali.)
Turu
artinya tidur.
Anak kecil itu tidur
di teras toko.
(Bocah cilik kui turu
ning emper toko)
4.2 Verba
turunan adalah verba yang dibentuk melalui transposisi, pengafiksan,reduplikasi
(pengulangan), atau pemajemukan (pemaduan).
4.2.1
dasar bebas, afiks
wajib
ndarat
artinya mendarat.
Pesawat dari Jakarta mendarat
pukul 08.00 WIB.
(Pesawat ko
Jakarta ndarat ning Jakarta jam 08.00 WIB)
Nyepeda
artinya bersepeda
Kami bersepeda
ke sekolah.
(Awak’e nyepeda
ning sekolah)
4.2.2
dasar bebas, afiks
wajib.
Moco
artinya membaca
Ayah membaca
koran hari minggu.
(Bapak moco
koran dino minggu.)
Njukuk
artinya mengambil.
Nita mengambil
mangga di kebun.
(Nita njukuk
pelem ning ladang.)
4.2.3
dasar terikat, afiks
wajib
Ketemu
artinya bertemu
(Mila bertemu
bibi di jalan.)
(Mila ketemu
bibik ning ndalan.)
Ngungsi
artinya mengungsi
Korban tsunami mengungsi
semua.
(Korban tsunami ngungsi
kabeh.)
4.2.4
Berulang
Mlaku-mlaku
artinya jalan-jalan
Kakak jalan-jalan
ke Pekanbaru.
(Mbak mlaku-mlaku
ning Pekanbaru.)
Mlayu-mlayu
artinya lari-lari.
Sebelum bertanding,
saya harus lari-lari kecil terlebih dahulu.
( Sedurunge tanding,
aku dikongkon mlayu-mlayu disek.
4.2.5
Majemuk.
Munggah haji
artinya naik haji.
Tahun ini nenek akan naik
haji.
(Taun iki si Mbah
arep munggah haji.)
Nyuci
rai artinya mencuci muka.
Kakak saya mencuci
muka di sungai.
(Mbakku nyuci rai
ning kali.)
3. Tulis dan
jelaskan 2 contoh adjektiva dalam bahasa
daerah masing-masing!
Adjektiva adalah
kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang
dinyatakan oleh nomina dalam sebuah kalimat, atau kata sifat (Hasan Alwi, dkk,
2004 : 171).
a. Adjektiva dari segi semantisnya.
1.
Adjektiva bertaraf adalah
tingkatan-tingkatan dalam adjektiva.
1.1 Adjektiva
Pemeri Sifat
Apik artinya
indah.
Indah sekali
gaun pengantin itu!
(Apik
tenan klambi penganten iku!)
Adem artinya
dingin.
Hari ini dingin
sekali.
(Dino iki adem
tenan.)
1.2 Adjektiva
ukuran
Sesek artinya
sempit.
Celananya sempit,
sehingga tidak jadi dibeli.
(Celonone sesek,
ora sido ditiku.)
Enteng artinya
ringan.
Tasmu ringan skali?
(Tasmu enteng
tenan?)
1.3 Adjektiva
warna.
Kuning artinya
kuning.
Baju kuning itu
ingin saya beli.
(Klambi kuning
iku pengen tak tuku.)
Ijo artinya
hijau.
Rumputnya sudah hijau.
(Sukete wis ijo.)
1.4 Adjektiva
waktu
Suwi artinya
lama.
Saya sudah lama
tidak berkunjung ke rumahmu.
(Aku wis suwi
ora dolan nang omahmu.)
Ndang artinya
segera.
Segera datang,
nanti kamu terlambat.
(Ndang
teko, ngko koe ketinggalan.)
1.5 Adjektiva
jarak.
Cedek artinya
dekat.
Stadionnya dekat
rumah saya.
(Stadionne cedek
omahku.)
Adoh artinya
jauh.
Sekolahku jauh
dari rumah.
(Sekolahku adoh
ko omah.)
1.6 Adjektiva
sikap batin.
Sengit artinya
benci.
Saya benci
melihat tingkahnya.
(Aku sengit
ndelok tingkahe.)
Luoro artinya
sakit.
Lututku sakit
karena jatuh kemarin sore.
(Dengkulku luoro
bar tibo ndek’ingi sore.)
1.7 Adjektiva
Cerapan.
Pedes artinya
pedas.
Sambal terasinya
pedas sekali.
(Sambel
terasine pedes banget.)
Teles artinya
basah.
Rok sekolahku
masih basah, padahal besok harus dipakai.
(Rok
sekolahku jek teles, padahal sesuk kon digae.)
2.
Adjektiva Tak bertaraf adalah adjektiva
yang menempatkan acuan nomina yang diwatasinya dalam kelompok atau golongan
tertentu.
Genep artinya
genap.
Umur saya sudah genap
19 tahun.
(Umurku uwis genep
19 taun.)
Kekal artinya
abadi.
Hidup di dunia
ini tidak ada yang abadi.
(Urip ning
dunyo ora eneng sing kekal.)
b. Adjektiva
dari segi perilaku sintaksisnya.
1.
Fungsi Atributif.
Regone larang artinya
harganya mahal.
Mobil yang harganya
mahal.
(Mobil sing regane
larang.)
Klambi ireng artinya
baju hitam.
Baju hitam yang
panjang.
(Klambi
ireng sing dowo.)
2.
Fungsi Predikatif.
Nelongso artinya
sedih.
Kabar itu
membuat hatiku sedih.
(Kabar kui
nggae atiku nelongso.)
Ngisin-ngisini artinya
memalukan.
Mentang-mentang
Saya orang desa, katanya memalukan.
(Mentang-mentang
aku wong ndeso, jarene ngisin-ngisini.)
3.
Fungsi Adverbial.
Apik-apik wae artinya baik-baik saja.
Kabar kakek baik-baik
saja.
(Kabare si
Mbah apik-apik wae.)
Karo sepenuhe artinya
dengan sepenuhnya.
Saya mengerjakan
tugas dengan sepenuhnya.
(Aku
ngerjakne tugas karo sepenuhe.)
c. Pentarafan
Adjektiva.
1.
Tingkat Kualitas.
1.1. Tingkat positif
Tenang artinya
tenang.
Anak yang
kemasukan jin itu sudah tenang.
(Bocah sing
kelebon jin iku uwis tenang.)
Rame artinya
ramai.
Meskipun rumahku
terpencil tetapi tetap ramai.
(Meskipun
omahku mencil, tapi tetep rame.)
1.2. Tingkat
intensif.
Setia tenan artinya
setia sekali.
Gadis itu setia
sekali dengan pacarnya.
(Gadis iku setia
tenan karo pacare.)
Suwi tenan artinya
lama sekali.
Jalannya lama
sekali.
(Mlakune suwi
tenan.)
1.3. Tingkat Elatif.
Mahamulio artinya
mahamulia.
Allah itu mahamulia.
(Gusti Allah mahamuliyo.)
Mahakuoso artinya
maha kuasa.
Allah itu mahakuasa.
(Gusti Allah
iku mahakuoso.)
1.4. Tingkat
Eksesif.
Kelarangen artinya
terlalu mahal.
Rumah itu terlalu
mahal.
(Omah iku kelarangen.)
Keciliken artinya
terlalu kecil.
Sepatunya kekecilan!
(Sepatune keciliken!)
1.5. Tingkat
Augmentatif.
Makin sugih artinya
semakin kaya.
Sehabis menjadi
pegawai, orang itu semakin kaya saja.
(Bar dadi
pegawe, uwong kuwi makin sugih wae.)
Makin apik artinya
semakin baik.
Keadaannya semakin
baik saja.
(Keadaanne makin
apik wae.)
1.6. Tingkat
Ateunatif.
Agak pengen artinya
agak ingin.
Saya agak
ingin memakan rendang itu.
(Aku agak
pengen mangan rendang kui.)
Agak males artinya
agak malas.
Saya agak
malas mencuci piring.
(Aku agak
males nyuci piring.)
2.
Tingkat Bandingan.
2.1. Tingkat Ekuatif
Selarang artinya
semahal.
Harga minyak
goreng semahal harga gula.
(Rego minyak
goreng sak larang rego gulo.)
Seayu artinya
secantik.
Mila secantik
kakaknya.
(Mila seayu
mbakyune.)
2.2. Tingkat
komparatif adalah tingkatan yang mengacu pada kadar kualitas lebih atau yang
kurang.
Lebih duwur artinya
lebih tinggi.
Andri lebih
tinggi dari ayahnya.
(Andri lebih
duwur seko Bapak’e.)
Kurang resik artinya
kurang bersih.
Rumah itu kurang
bersih daripada rumah tetangganya.
(Omah kui kurang
resik seko omah tonggone.)
2.3. Tingkat
superlatif adalah yang mengacu pada tingkat kualitas yang lebih tinggi diantara
semua acuan adjektiva yang dibandingkan.
Terpinter artinya
terpandai.
Diantara semua
muridku, Santilah yang terpandai.
(Sak kabehe
muridku, Santi sing paling pinter.)
Paling suwi artinya
paling lama.
Setiap hari,
kakak yang paling lama bangunnya.
(Sak bendino,
mbakyu sing paling suwi dandane.)
d. Adjektiva
dari Segi Bentuknya.
1.
Adjektiva Dasar (monomorfemis)
Abang artinya
merah.
Saya suka warna merah.
(Aku seneng
warna abang.)
Gedi artinya
besar.
Sudah lama tidak
melihatnya tau-tau sudah besar.
(Uwis suwi ora
tau ndelok, ngerti-ngerti wis gedi wae.)
2.
Adjektiva Turunan (polimorfemis).
Gemeter artinya
gemetar.
Saya gemetar
karena belum makan.
(Aku gemeter
gara-gara urung mangan.)
Gemerlap artinya
gemerlap.
Saya kagum
dengan gemerlapnya cahaya bintang.
(Aku takjub
karo gemerlape cohyo bintang.)
4.Tulis
dan jelaskan 2 contoh Adverbia dalam bahasa daerah masing-masing!
Adverbia
adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva atau adverbia lain (Hasan Alwi,
dkk, 2003 : 197).
a. Adverbia
dari segi bentuknya.
1.
Adverbia tunggal.
1.1.
Adverbia yang Berupa Kata Dasar
Anyar artinya
baru.
Saya telah
memberi baju baru.
(Aku wis tuku
klambi anyar.)
Ndang artinya
segera.
Tetanggaku akan
segera menikah.
(Tonggoku
arep ndang nikah.)
1.2.
Adverbia yang Berupa Kata Berafiks.
Sebenere artinya
sebenarnya.
Sebenarnya saya
sudah tidut, tetapi masih mengantuk.
(Sebenere
aku wis turu, tapi jek ngantuk.)
Rasane artinya
rasanya.
Rasanya saya
sudah membayar kemarin.
(Rasane aku
wis mbayar ndek’ingi.)
1.3. Advebia
yang Berupa Kata Ulang.
Meneng-meneng artinya
diam-diam.
Agus diam-diam
suka sama Risma.
(Agus
meneng-meneng seneng karo Risma.)
Alon-alon artinya
pelan-pelan.
Pelan-pelan
asalkan selamat.
(Alon-alon
asalke selamet.)
2.
Adverbia gabungan.
1.
Adverbia yang Berdampingan.
Lagek pulo artinya
lagi pula.
Lagi pula saya
baru pulang hari kamis.
(Lagek pulo aku
baru balek dino kemis.)
Cuma wae artinya
hanya saja.
Hanya saja saya
harus belajar malam ini.
(Cuma wae aku
kudu belajar bengi iki.)
2.
Adverbia yang Tak Berdampingan.
Kamu hanya
ingin mencontek saja.
(Koe Cuma
pengen nyontek wae.)
Bukan kamu saja
yang marah, aku juga.
(Uduk koe wae
sing nesu, aku juga.)
b. Adverbia
dari Segi Perilaku Sintaksisnya.
1.
Adverbia yang mendahului kata yang
diterangkan.
Nia lebih
tinggi dari adiknya.
(Nia lebih duwur
seko adik’e.)
Taman itu sangat
indah.
(Taman kui
apik tenan.)
2.
Adverbia yang mengikuti kata yang
diterangkan.
Kamu duduk saja
di situ.
(koe lungguh
wae ning kono.)
Tasmu bagus sekali.
(Tasmu apik
tenan.)
3.
Adverbia yang mendahului atau yang
mengikuti kata yang diterangkan.
Malamnya ia segera
pulang karena anaknya sakit.
(Bengine de’e
ndang balik mergo anak’e loro.)
Begitu mendengar
seritamu, dia tidur segera .
(Bar krungu
ceritomu, de’e turu ndang-ndang.)
4.
Adverbia yang mendahului dan mengikutim
kata yang diterangkan.
Saya yakin bukan
dia saja yang mencuri.
(Aku yakin
uduk de’e wae sing nyolong.)
Menurutku kalian
sangat cocok sekali.
(Jareku kalian
sangat cocok tenan.)
c. Adverbia
dari Segi Perilaku Semantisnya.
1.
Adverbia kualitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan tingkat, derajat dan mutu.
Saya paling
suka masakan Jawa.
(Aku paling
seneng masakan Jowo.)
Jawabannya lebih
mudah dari yang kuduga.
(Ujiane lebih
gampang karo sing tak kiro.)
2.
Adverbia kuantitatif adalah adverbia
yang menggambarkan kata yang berhubungan dengan jumlah.
Tangannya banyak
mengeluarkan darah.
(Tangane akeh
ngetokno getih.)
Warna
kerudungnya cukup serasi dengan bajunya.
(Warna
kudunge cukup serasi karo klambine.)
3.
Adverbia limitatif adalah adverbia yang
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan.
Saya di kamar
saja selama sakit.
(Aku ning
kamar wae saksuwinw loro.)
Kamu sekedar
menghiburku saja.
(Koe sekedar
menghiburku wae.)
4.
Adverbia frekuentatif adalah adverbia
yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan kekerapan terjadinya sesuatu.
Dian sering
bangun siang.
(Dian
sering tangi awan.)
Rido jarang
masuk kuliah.
(Rido
jarang mlebu kuliah.)
5.
Adverbia kewaktuan adalah adverbia
yang berhubungan dengan sesuatu yang
terjadi .
Kakak baru
saja masuk kerja.
(Mbak
nenbe wae mlebu kerjo.)
Saya
akan segera pergi.
(Aku
arep ndang lungo.)
6.
Adverbia kecacaran adalah adverbia yang
berhubungan dengan saat terjadi adverbia
yang diterangkan oleh adverbia itu.
Saya
akan segera mengumpulkan uang secepatnya.
(Aku
arep ndang ngumpulke duwit sakcepete.)
Diam-diam saya
sudah masuk kelas.
(meneng-meneng
aku wis mlebu kelas.)
7.
Adverbia kontranstif yaitu adverbia yang menggambarkan
pertentangan makna yang dinyatakan sebelumnya.
Saya
tidak pernah bicara, bahkan saya tidak mengenalnya.
(Aku
ora pernah ngomong, bahkan aku ora kenal de’e.)
Jangankan disapa,
tersenyumpun tidak kepadaku.
(Ojo
meneh disopo, mesem wae ning aku ora.)
8.
Adverbia keniscayaan adalah adverbia
yang menggambarkan makna yang berhubungan tentang kepastian terjadinya
peristiwa pada adverbia itu.
Niscaya kamu
berdosa jika melakukannya.
(Niscohyo
koe duso nek ngelakokne kui.)
Ayah
tentu bekerja demi kami.
(Bapak
mesti kerjo nggo awakk’e.)
d. Adverbia
Konjungtif adalah adverbia yang menghubungkan kalimat satu dengan yang lain.
Saya
tidak suka padanya, biarpun begitu saya tak akan mengganggunya.
(Aku ora
seneng ning de’e, benpun ngono aku ora bakal ngganggu de’e.)
Dia
terkena sakit tifus, selain itu dia juga sakit malaria.
(De’e
keno loro tifus, selain kui de’e juga loro malaria.)
e. Adverbia
Pembuka Wacana adalah adverbia yang mengawali suatu wacana.
Adapun masalah
yang dihadapinya sangat berat sehingga dia frustasi dan akhirnya bunuh diri.
(Enekpun masalehe de’e terlalu abot, jadine
frustasi terus bunuh diri.)
Alkisah pada
zaman dahulu ada putri yang cantik tetapi sangat dibenci ibu tirinya.
(Alkisah
zaman mbiyen eneng putri sing ayu mbanget tapi disengiti karo mbok walone.)
5. Tulis
dan jelaskan 5 contoh nomina dalam bahasa daerah masing-masing!
Nomina adalah
kelas kata yang dalam bahasa indonesia yang ditandai oleh tidak dapatnya
bergabung dengan kata tidak (Depdiknas, 2008 : 966).
a. Nomina
dari segi perilaku semantisnya
1.
Wanita itu akan menceraikan suaminya.
Seharusnya :
Wanita itu akan diceraikan oleh suaminya.
(Wong wedok kui
arep dicerekke karo bojone.)
b. Nomina
dari segi perilaku sintaksisnya
Contohnya:
1. Tadi
pagi Ibu menyelipkan tiga lembar uang lima puluh ribuan ke saku
saya.
(Isuk
mau Mamak nyelipke telung lembar duit seketewuan ning kantongku.)
2. Seorang
atlet harus menjaga kondisi fisiknya.
(Atlet
harus njaga keadaan fisike.)
3. Beberapa
kontestan memasuki ruang audisi.
(Serombongan
kontestan mlebu ning ruang audisi.)
4. Banyak
pertanyaan yang tidak saya jawab.
(Akeh
pertanyaan sing ora tak jawab.)
5. Bukan
masalah jika saya harus pulang besok.
(Ora
masalah nek aku kudu mulih sesuk.)
c. Nomina
dari Segi Bentuknya
1.
Nomina Dasar Umum
1.1 Meja
Ayah membeli meja
belajar.
(Bapak tuku mejo
belajar)
1.2 Rumah
Ibu membersihkan
rumah.
(Mamak ngresikke
omah.)
1.3 Malam
Tadi malam
hujan deras
(Mambengi
udan deres.)
1.4 Pisau
Kakek mengasah pisau.
(Mbah ngasah glati)
1.5 Tahun
Tahun depan,
kakek berangkat ke Makkah
(Taun ngarep
mbah lungo ning Makkah.)
2. Nomina
Dasar Khusus
2.1. Adik saya besok sudah libur sekolah.
(Adekku
sesuk wis libur sekolah.)
2.2. Hari selasa
saya kuliah sampai sore.
(Dino seloso
aku kuliah nganti sore.)
2.3. Ibu
membeli 30 butir telur.
(Mamak tuku 30 butir
endog.)
2.4. Februari
adalah bulan kelahiranku.
(Februari
iku wulan lairku.)
2.5. Paman
akan datang bulan depan.
(Pak Lek arep
teko wulan ngarep.)
3.
Nomina Turunan
3.1 Bersatu
Kita harus bersatu
untuk menghalau musuh.
(Awak’e kudu dadi
siji nggo ngusir musuh.)
3.2 Mendarat
Pesawat mendarat
pukul 07.00 WIB.
(Pesawat ndarat
jam 07.00 WIB.)
3.3 Pelukis
Pelukis itu
sedang banyak pesanan.
(Pelukis iku
lagek akeh pesenan.)
3.4 Pedagang
Pedagang itu
menjual baju saja.
(Bakul kui dodol
klambi wae.)
3.5 Petani
Petani itu
sedang mencangkul di ladang.
(Petani mui
lagek macul ning ladang.)
6. Tulis
dan Jelaskan 5 contoh pronomina dalam bahasa daerah masing-masing!
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk
mengacu kepada nomina lain (Hasan Alwi, dkk, 2003: 249)
a.
Pronomina Persona adalah pronomina yang
dipakai untuk mengacu pada orang.
1.
Persona pertama contohnya:
1.1. Bagiku,
orang tua adalah segalanya.
(Bagi awakku
wong tuo iku segalane.)
1.2. Kini kutahu,
engkau begitu mencintainya.
(Saiki aku
ngerti nek koe tresno karo de’e.)
1.3. Motornya akan kupakai
nanti malam.
(Keretone arep
tak nggo ngko bengi.)
1.4. Terhadapku kamu
bisa berlaku kasar.
(Karo aku koe
iso kasar.)
1.5. Surat untukku
telah kau kirim?
(Surat nggo aku
wis mbok kirim?)
2.
Persona kedua contohnya:
2.1 Kami
akan berangkat nanti sore.
(Kami
arep lungo ngko sore.)
2.2 Kita
akan pulang hari jumat.
(Awak’e
arep balek dino jumat.)
2.3 Di mana engkau
berada?
(Ning endi nggonmu?)
2.4 Apakah anda
sudah sholat?
(Apo Sampeyan
wis sholat?)
2.5 Kau benar-benar
tega berbohong.
(Koe bener-bener
tego ngapusi.)
b.
Pronomina Penunjuk adalah pronomina yang
mengacu pada sesuatu yang akan di tunjuk.
1.
Pronomina Penunjuk Umum
1.1
Jawaban itu membuatku
pusing.
(Jawaban iku
nggawe aku mumet.)
1.2
Lamaran itu sudah diterima.
(Lamaran kui wis
diterimo.)
1.3
Masalah itu sudah selesai.
(Masalah kui wis
diselesekke.)
1.4
Saya ini hanya
mahasiswa.
(Aku iki gur
mahasiswo.)
1.5
Rumusan ini adalah sebagai
bukti kerja kami.
(Rumusan iki
nggo bukti kerjo awak’e.)
2.
Pronomina Penunjuk Tempat
2.1. Siapa yang akan
datang ke sini?
(Sopo sing arep
teko rene?)
2.2. Kalau mau makan, nasinya ada di atas meja.
(Nek arep
mangan, segone ono ning nduwur mejo.)
2.3. Kapan kita akan
ke sana?
(Kapan
awak’e arep merono?
2.4. Uangnya ada di
dalam dompet.
(Duite ono ning
njero dompet.)
2.5. Sepatuku ada di
situ.
(Sepatuku ono ning
kunu.)
3.
Pronomina Penanya adalah pronomina yang
dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.
3.1. Apa yang
sedang dipikirkan Ibumu?
(Opo sing
lagek dipikirke karo Mamakmu?)
3.2. Siapa
yang mengantarmu pulang?
(Sopo
sing nganter koe mulih?)
3.3. Bagaimana
kabar ayahmu?
(Pie
kabare bapakmu?)
3.4. Kapan kamu
berangkat ke Jogja?
(Kapan
koe mangkat ning Jogja?)
3.5.Mengapa kita
pulang sekarang?
(Nyapo awak’e
balik saiki?)
3.6. Dimana rumah kamu?
(Nandi omahmu?)
c.
Frasa Pronominal
1.
Penambahan numeralia kolektif
Mereka bertiga
akan datang besok.
(Wong telu
kae arep teko sesuk.)
Kami sekalian
akan pamit besok.
(Kami sekalian
arep pamit sesuk.)
Kamu semua
harus bangun pagi.
(Kalian kabeh
kudu tangi isuk.)
2.
Penambahan Kata Penunjuk
Kamu ini sangat
baik.
(Koe iki baik
tenan.)
Saya ini hanya
orang tak punya.
(Aku iki gur wong
ora ndue.)
Mereka itu sangat
pi ntar.
(Wong kui pinter
banget.)
3.
Penambahan kata sendiri
Kamu sendiri kenapa
belum masuk?
(Koe dewe
nyapo urung mlebu)
Saya sendiri belum
makan.
(Aku dewe
wae urung mangan.)
Dia sendiri akan
pergi minggu depan.
(De’e dewe
arep lungo minggu ngarep.)
7. Tulis
dan jelaskan 5 contoh Numeralia dalam bahasa daerah masing-masing!
Numeralia adalah
kata atau bilangan yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang,
binatang atau barang), ( Hasan Alwi, dkk, 2003 : 275).
7.1.
Numeralia Pokok adalah bilangan dasar yang menjadi sumber dari
bilangan-bilangan yang lain.
a.
Numeralia pokok tentu adalah numeralia
yang mengacu pada bilangan pokok.
§ Saya
membeli buku enam buah.
(Aku tuku buku enem)
§ Ayah
mempunyai empat cangkul.
(Bapak nduwe pacul papat).
§ Kak Rika
membeli lima butir telur.
(Mbak Rika tuku endog limo).
§ Paman
mencari sepuluh orang pekerja.
(Pak Lek nggolek sepuluh wong
sing kerjo.)
§ Ibu
memerlukan dua buah ember.
(Mamak perlu loro ember).
b.
Numeralia pokok kolektif adalah
numeralia yang dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan dimuka
nomina yang diterangkan.
v Kesebelas pemain
bola itu berasal dari Jawa Timur.
(Kesewelas pemain bola kui
asale ko Jowo Timur).
v Kedua anak
pak Amin sudah menikah.
(Keloro anak’e pak Amin
wis nikah).
v Keempat ayam itu
sudah bertelur.
(Kepapat ayam kui wis
ngendog).
v Andri
adalah anak ketujuh.
(Andri kui anak kepitu).
v Adik
ulang tahun yang kedelapan.
(Adek ulang taun sing kewolu).
c.
Numeralia pokok distributif yaitu
numeralia yang dibentuk dengan cara mengulang kata bilangan.
o
Satu-satu aku sayang ibu.
(siji-siji aku sayang mamak.)
o
Dua-dua aku sayang
Ayah.
(Loro-loro aku sayang Bapak).
o
Tiga-tiga sayang
semuanya.
(Telu-telu aku sayang kabeh).
o
Kami harus maju empat-empat.
(Kami kudu maju papat-papat).
o
Sekelas harus membuat kelompok lima-lima.
(Sakkelas kon nggawe kelompok limo-limo).
d.
Numeralia pokok taktentu adalah
numeralia yang mengacu pada jumlah yang tak pasti dan sebagian besar tidak
dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya berapa.
Ø Banyak hama
yang menyerang padi di sawah.
(Akeh hama sing nyerang padi
ning sawah).
Ø Berbagai usaha
telah dicoba.
(Pirang-pirang usaha wis dicubo).
Ø Seluruh umat
tengah berduka.
(Seluruh umat lagek
nelongso).
Ø Segenap cinta
telah kuberikan.
(Segenep trisno wis tak
kekno).
Ø Sedikit asin
masakanmu ini!
(Sak itik asin masakanmu
iki).
e.
Numeralia
pokok klitika adalah numeralia yang dipungut dari bahasa jawa kuna, tetapi
berlaku untuk proklitika.
ü Bendera
kita terdiri dari dwiwarna.
(Bendera awak’e eneng rongwerno).
ü Satu
tahun ada tiga caturwulan.
(Setahun eneng telung caturwulan).
ü Dasar
negara kita adalah pancasila.
(Dasar negoro awak’e iku pancasilo).
ü Kerajaan
itu ada saptamarga.
(Kerajaaan kui eneng saptomargo).
ü Usianya
sudah dua dasawarsa.
(Umure wis rong dosoworso).
f.
Numeralia ukuran adalah ngnumeralia yang
menyatakan ukuran baik yang berkaitan dengan berat, panjang-pendek dan jumlah.
§ Ibu
membeli dua lusin piring.
(Mamak tuku rong lusin
piring).
§ Saya
mendapat hadiah buku satu kodi.
(Aku oleh hadiah buku sak kodi).
§ Jalan
yang rusak hanya tiga meter.
(Dalan sing rusak gur telung
meter).
§ Ayah
membeli beras duapuluh kilogram.
(Bapak tuku beras rong puluh kilo).
§ Saya
membeli bensin lima liter.
(Aku tuku bensin limang liter).
7.2.
Numeralia Tingkat
Saya anak pertama dari empat
bersaudara.
(Aku anak kesiji
ko papat sedulur).
Kakak terjatuh kedua kalinya.
(Mbak tibo sing keloro
kaline).
Saya mendapat juara ketiga.
(Aku oleh juara ketelu).
Keempat pemain itu
sudah lelah.
(Kepapat
pemain iku wis kesel).
Kelima anaknya sudah
besar.
(Kelimo
anak’e wis gedi kabeh).
7.3. Numeralia
pecahan adalah bilangan pokok yang dapat dipecah menjadi bagian yang lebih
kecil.
Ø Saya
bisa menawar baju itu setengah harga.
( Aku iso nawar
klambi kui separoh rego).
Ø Sepersepuluh harta
itu menjadi miliknya.
(Sakpersepuluh
bondo kui dadi hak’e).
Ø Seperseribu itu
lebih kecil dari seperseratus.
(sepersewu
kui lebih cilik ko sepersatus).
Ø Empat
perdelapan
sama dengan setengah.
(Papat perwolu
kui podo karo separoh).
Ø Lima
belas perdua puluh lima sama dengan tigaperlima.
(Limolas perselawe
podo karo teluperlimo).
7.4. Frasa
Numeralia adalah numeralia yang dibentuk dengan menambahkan kata penggolong.
v Adik
menanam tiga jenis tumbuhan.
(Adek nandur telung
macem tanduran).
v Lima
orang
tewas tertimbun longsor.
(Limang wong modar ketimbun longsor).
v Tiga
buah
mobil masuk jurang.
(Telung mobil
mlebu jurang).
v Tujuh
ekor
sapi dikurbankan tahun ini.
(Pitung sapi
dikurbanke taun iki).
v Ibu
menggoreng sepuluh butir telur.
(Mamak nggoreng sepuluh
butir endog).
8. Tulis
dan jelaskan 5 contoh preposisi dalam bahasa daerah masing-masing!
Preposisi adalah
kata depan, atau kata yang menandai hubungan makna konstituen di depan kata
dasar (Hasan Alwi, dkk, 2003: 288).
8.1.
Preposisi Tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri dari satu kata.
a.
Preposisi yang berupa Kata Dasar
contohnya:
§ Ani baru
saja dari pasar.
(Ani nembe wae ko
pasar).
§ Ibu
mencuci piring serta seluruh peralatan dapur.
(Mamak nyuci
piring karo alat-alat pawon).
§ Ayah
pergi ke sawah.
(Bapak lungo ning
sawah).
§ Sampai malam,
adik belum juga datang.
(sampek bengi,
adek urung juga teko).
§ Seperti katak
dalam tempurung.
(Koyok kodok
ning njero batok).
b. Preposisi
yang Berupa Kata Berafiks.
Ø Ita
pergi bersama Ibunya.
(Ita lungo bareng
Mamak’e).
Ø Ayah
menabur pupuk di sekeliling pohon rambutan.
(Bapak nabur pupuk
ning sekeliling wit rambutan).
Ø Ulat
bulu menyerang sekitar desa.
(Uler wulu nyerag sekitar
deso).
Ø Saya
bermain di seputar kota Bangkinang.
(Aku dolan ning seputer
kutho Bangkinang).
Ø Menurut cerita,
danau itu sangat angker.
(Jare
cerito, dano kui angker tenan).
8.2.
Preposisi Gabungan adalah preposisi yang terdiri dari dua preposisi yang
berdampingan dan berkolerasi.
a.
Preposisi yang Berdampingan contohnya:
ü Arya lebih
tinggi daripada Andi.
(Arya lebih duwur daripada
Andi).
ü Baju itu
disumbangkan kepada yang membutuhkan.
(Klambi kui disumbangke karo
sing mbutuhke).
ü Dia
tidak diizinkan masuk oleh karena terlambat datang.
(De’e ora diizinke mlebu mergo
telat nek teko).
ü Saya
berlari sampai ke lapangan.
(Aku mlayu sampek ning
lapangan).
ü Selain
dari
pamannya, dia juga pengusaha.
(Selain ko paklek’e, de’e
juga pengusoho).
b.
Preposisi yang Berkolerasi contohnya:
o
Dari kecil hingga
dewasa, dia terbiasa mandiri.
(Ket cilik nganti
gedi, de’e wis bioso mandiri).
o
Antara Pekanbaru dan
Bangkinang berjarak sekitar 60 kilometer.
(Antara Pekanbaru karo
Bangkinang jarak’e sekitar 60 kilometer).
o
Sejak dahulu hingga
sekarang, tingkahnya tidak berubah.
(Ko mbiyen nganti
sak’iki, tingkahe ora berubah).
o
Dari rumah ke kampus
saya naik sepeda motor.
(Ko omah ning kampus,
aku numpak sepeda montor).
o
Dari jumat sampai
ke ahad, kami libur.
(Ko jumat nganti
ning ahad, awak’e libur).
c.
Preposisi dan Nomina Lokatif contohnya:
Ø Masukkan
uangku ke dalam dompet.
(Lebokne duwitku nang njero
dompet).
Ø Bajuku
ada di atas kasur.
(Klambiku eneng ning nduwur
kasur).
Ø Sepatumu
ada di bawah meja.
(Sepatumu eneng ning ngisor
mejo).
Ø Di luar sedang
hujan deras.
( Ning njobo lagek udan
deres).
Ø Tamunya
sudaha ada di depan rumah.
(Tamune wis ning arep omah).
9. Tulis
dan jelaskan 10 contoh konjungtor dalam bahasa daerah masing-masing!
Konjungtor yang
juga dinamakan kata sambung yaitu kata tugas yang menghubungkan dua satuan
bahasa yang sederajat, kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan
klausa (Hasan Alwi, dkk, 2003 : 296).
a.
Konjungtor Koordinatif yaitu konjungtor yang menghubungkan du unsur
atau lebih yang sama pentingnya atau memiliki status yang sama.
v Ayah dan
ibu akan liburan ke Jawa.
(Bapak karo
mamak arep liburan ning Jowo).
v Saya
akan membayar uang kost kalau sudah jatuh tempo.
(Aku arep
mbayar duwit kost nek wis tempone tibo).
v Maya
akan tetap berangkat, meskipun hari hujan.
(Maya tetep
mangkat, masio dinone udan).
v Kakak
akan pergi, padahal ibu sudah melarang.
(Mbak arep
lungo, padahal mamak wis ngelarang).
v Sebenarnya
dia rajin, tetapi dia sedang sakit.
(Sebenere
de’e rajin, tapi de’e lagi loro).
b.
Konjungtor Korelatif yaitu konjungtor
yang menghubungkan dua kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis
yang sama.
Baik kakak maupun adik tidak suka makan
sayur.
(Baik mbak
utowo adik ora gelem mangan sayur).
Kita tidak hanya mengajar, tetapi harus
mendidik juga.
(Awak’e ora
gur ngajar, tapi kudu ndidik juga).
Atlet itu berlari demikian cepat,
sehingga bola tak diambil lawan.
(Atlet kui
mlayu sak cepete, dadine bola ora dijukuk lawan).
Apakah kamu mau atau
tidak pulang bersama saya?
(Opo
koe gelem opo ora balek karo aku?).
Jangankan kerumahnya,
kenal pun saya tidak dengan dia.
(Ojo
meneh ning omahe, kenal wae ora aku karo de’e).
c.
Konjungsi Subordinatif yaitu konjungsi
yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status
sintaksis yang sama.
ü Ayah
pulang ketika saya sudah tidur.
(Bapak
balek, sakbare aku turu).
ü Saya
akan membahagiakan orang tua, jika saya sukses nanti.
(Aku arep
nyenengke wong tuo nek aku sukses ngko).
ü Saya
harus rajin kuliah, agar mendapat IPK yang memuaskan.
(Aku kudu
rajin kuliah, ben oleh IPK sing muaske).
ü Adik
sering tidak masuk sekolah karena sakit.
(Adek
sering ora mlebu sekolah mergo loro).
ü Saudaraku
berkata bahwa dia akan datang besok.
(Sedulurku
ngomong jarene de’e arep teko
sesuk).
d.
Konjungtor Antarkalimat adalah
konjungtor yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.
§ Hujan
membuat saya malas bangun. Meskipun begitu saya tidak terlambat ke
kampus.
(Udan nggawe
aku males tangi. Masio ngono aku ora terlambat ning kampus).
§ Mila
pergi ke Jawa. Sesudah itu Mila juga ke Bali.
(Mila lungo
nang Jowo. Bar kui Mila juga nang Bali).
§ Dia
meninggal karena terjatuh, selain itu dia juga punya darah tinggi.
(De’e
ninggal mergo tibo. Selain kui de’e juga ndue darah tinggi).
§ Dia
tidak mendengarkan nasehatku. Sebaliknya dia malah pergi saja).
(De’e ora
ngrungokke nasehatku. Sakwalik’e de’e malah lungo wae).
§ Ini
semua demi adiknya. Sesungguhnya dia telah berbohong.
( Iki kabeh
nggo adek’e. Sebenere de’e wis ngapusi).
10. Tulis
dan jelaskan 5 contoh Artikula dan Penegas dalam bahasa daerah masing-masing!
Artikula adalah
kata tugas yang membatasi nomina (Hasan Alwi, dkk, 2003 : 304).
a. Artikula
yang bersifat gelar pada umumnya bertalian dengan orang atau hal yang dianggap
bermartabat.
Ø Indonesia
sang juara.
(Endonesia sang
juoro).
Ø Sang
guru
mulai mendidik muridnya.
(Sang guru mulai
ndidik murid’e).
Ø Sri Ratu adalah
sosok yang cantik.
(Sri Ratu
kui wong sing ayu).
Ø Bandara Hang
Nadim-Batam semakin ramai saat hari libur.
(Bandoro Hang
Nadim-Batam makin rame nek dino libur).
Ø Dang
Merdu
adalah ibunda hang Tuah.
(Dang
Merdu kui mbok’e Hang Tuah).
b. Artikula yang Mengacu ke Makna Kelompok.
v Para
pemuda
diharapkan berkumpul di balai desa.
(Para
wong enom diharapke ngumpul nang balai deso).
v Para
guru
sedang mengadakan rapat.
(para
guru lagek ngadakke rapat).
v Para
mahasiswa
harus segera melunasi kewajiban.
(Para
mahasiswo kudu ngelunasi kewajiban).
v Para
wanita
harus bertutur kata lembut.
(Para
wong wedok kudu ngomong sing alus).
v Para
lelaki
harus menghormati wanita.
(Para
wong lanang kudu ngormati wong wedok).
c. Artikula
yang Menominalkan.
Artikula
si yang menominalkan dapat mengacu kemakna tunggal atau generik,
bergantung pada konteks kalimatnya. Ke dalam jenis artikula yang menominalkan
juga bisa dimasukkan kata yang.
Ø Ibu
terlihat bingung ketika si bungsu sakit.
(Mamak ketok
bingung waktu si bontot loro).
Ø Si
sulung rela
mengalah demi adiknya.
(Si mbarep lilo
ngalah nggo adek’e).
Ø Si
tersangka itu
dihukum lima tahun penjara.
(Si tersangka kui
dihukum limang taun penjoro).
Ø Kakak
membeli buku yang murah.
(Mbak tuku buku sing
murah).
Ø Nani
adalah anak yang pertama.
(Nani kui anak sing
pertama).
Partikel Penegas
meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi
menampilkan unsur yang diiringinya (Hasan Alwi, dkk, 2003 : 307).
a.
Partikel –kah dipakai untuk menegaskan kalimat
interogatif dan bersifat manasuka.
·
Kamukah yang akan menulisnya?
(koe sing arep nuliske?).
·
Diakah yang menangis?
(De’e sing
nangis?)
·
Apakah kamu bisa memasak?
(Opo koe iso
masak?).
·
Bagaimanakah kabar ibumu?
(Pie kabare makmu?).
·
Kapankah kamu datang?
(kapan koe
teko?).
b.
Partikel -lah dipakai dalam
kalimat imperatif atau deklaratif.
ü Makanlah
seadanya.
(Mangano sak
enek’e).
ü Minumlah
air hangat agar cepat sembuh.
(Ngombeo banyu
panas ben cepat waras).
ü Tidurlah,
jangan sampai larut malam.
(Turuo, ojo
nganti wengi).
ü Bangunlah,
hari sudah pagi.
(Tangio, wis
isuk ki).
ü Duduklah
di kursi itu.
(Lungguho ning
dingklik kui).
c.
Partikel –tah dipakai dalam
kalimat interogatif, namun sebenarnya sipenanya tidak mengharapkan jawaban.
§ Apatah
yang sedang kamu lakukan?
(Opo
sing lagi mbok gawe?).
§ Siapatah
yang ke rumahmu tadi?
(Sopo
sing neng omahmu mau?).
§ Kapantah
saya bisa sukses?
(kapan
aku iso sukses?).
§ Bagaimanatah
saya menolongnya?
(Pie
aku nulunge?).
§ Mengapatah
saya harus hidup seperti ini?
(Nyapo
aku mesti urip ngeneki?).
d.
Partikel –pun hanya dipakai dalam
kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata dasarnya.
Saya pun tidak setuju dengan dia.
(Aku pun
ora setuju karo de’e).
Siapa pun kamu, saya tidak takut.
( Sopo pun
koe, aku ora wedi).
Dia pun sering menjawab
pertanyaanmu.
(De’e pun
sering njawab sing mbok tekokke).
Kakak pun bergegas pergi.
(Mbak pun
ndang lungo).
Itu pun dipermasalahkan juga.
(Iku pun
dipermasalahke juga).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan, dkk. 2004.Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta.
Damayanti, mei. 2010. Analisis Afiksasi Bahasa Jawa dalam
Parikan Tulungagung. http://www.kacabiru.wordpress.com diakses tanggal
13 November 2014, 08.00.
Depdiknas . 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Muntijo. 2010. Afiksasi Bahasa Jawa. http://www.muntijo.wordpress.com diakses tanggal 13 November 2014, 08.20.
1 komentar:
YEY.... tulisan saya jadi sumber rujukan di sini.
Salam muntijo.
juga ada tulisan lebih dalam di pustamun(dot)blogspot(don)com
Posting Komentar