Analisis Wacana Kritis
Analisis Wacana
Kritis dalam Kajian Novel Berideologi Feminisme Karya Ayu Ridhias
DOSEN PEMBIMBING
: Dra. Charlina, M.Hum
NAMA : NURHAYATI
KELAS : 3 E
NPM :
136210938
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014/2015
A.
Analisis
Wacana Kritis dalam Kajian Novel Berideologi Feminisme Karya Ayu Ridhias.
Novel yang akan
dianalisis di bawah ini adalah karya penulis perempuan yang telah diterbitkan
oleh Media Pressindo. Novel ini merupakan novel karya Ayu Ridhias atau nama
pena dari Ayu Tri Widhi Astuti. Anak ke tiga yang terlahir kembar dan sangat
menggemari segala sesuatu yang berbau K-Pop, khususnya Super Junior.
Sekarang masih kuliah jurusan D3 Manajemen Informatika disalah satu perguruan
tinggi di Lampung.
Alasan
dipilihnya pengarang perempuan diprediksi akan mengungkapkan permasalahan
perempuan dengan gamblang dan transparan dalam menggambarkan persoalan ideologi
feminisme. Feminisme memiliki dua arti, yang pertama yaitu satu gerakan,pandangan,
dan stategi yang homogen (Rosyad, 2003 : 51 dalam AWK oleh Yoce Aliah Darma).
Ada pula arti dari feminsme khususnya di Asia bahwa pengertian feminisme
berbeda-beda disesuaikan dengan realitas kultural dan situasi konkret kondisi
kaum feminisnya.
Banyak novel
yang mengupas tentang perempuan, seperti roman Siti Nurbaya, dan Layar
Terkembang, khususnya masalah cinta yang
bertepuk sebelah tangan. Namun dalam novel ini akan akan dibahas tentang
feminisme dari laki-laki yang bersifat
feminim, karena tidak memiliki keberanian mengungkapkan perasaan pada
wanita yang dicintainya. Dibawah ini adalah novel yang berjudul “Love You All the Way” yang akan
dianalisis mengunakan pisau bedah AWKIF tersebut:
Judul : “Love You All the Way”
Pengarang : Ayu
Ridhias
Penerbit : Media Pressindo
B.
Ikhtisar
Novel Love You
All the Way ini bercerita tentang kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan dari
Cho Nara kepada Jung Ah, yang dicintainya sejak pertama masuk SMA, tapi semua
kandas dihari perpisahan sekolah karena
Jung Ah justru memperkenalkan pacarnya pada teman-teman yang membuat hati Nara
terluka. Tetapi lama sekali Nara bisa menerima lelaki lain dihatinya, pria
satu-satunya yang mampu menakhlukkan hatinya adalah sosok Eun So, yang
diam-diam dicintainya. Namun karena takut kisah cintanya terulang lagi, Nara
tidak berani mengungkapkannya.
Hal itu pun
dirasakan oleh sahabat kecil Nara
bernama Ji Seo yang juga menyukai Nara namun sifatnya feminim dalam hal
ini dia pengecut dan baru berani mengungkapkannya setelah mereka sama-sama
dewasa. Nara hanya ingin menjunjung tinggi haknya sebagai perempuan yang
pantang mengungkapkan perasaan kalau tidak laki-laki dulu yang
mengungkapkannya. Maka dari itu Nara tetap menunggu sampai Eun So yang
menembaknya terlebih dahulu.
Cerita ini
dimulai saat angin musim dingin berhembus melewati sela-sela jendela kaca yang
sudah terbuka sejak 13 menit yang lalu. Cho Nara membenahi pakaiannya di depan
cermin. Memutar ke kanan dan ke kiri, tidak lupa Nara pun memberikan sentuhan
halus pada rambutnya yang panjang dan lurus dengan jari-jari tangannya. Udara
Seoul pagi itu benar-benar dingin, tapi tidak mengurangi semangat warga negara
Korea Selatan yang akan memulai aktivitasnya.
Nara terus
menatap kepergian Eun So. Kenapa ini? Perasaan ini muncul lagi, ucap Nara yang
meletakkan sebelah tangannya di dada. Tidak, perasaan ini berbeda. Ini lebih
kuat. Kenapa aku merasa aku merasa sangat membutuhkannya? Sejak kapan perasaan
ini ada? Apa hatiku sudah berubah tanpa sepengetahuanku?
Cho Nara, gadis
yang trauma akan cinta masa lalu, terkejut ketika cinta menghampiri hatinya
sekali lagi. Cinta itu bernama Eun So, pria penuh kejutan yang begitu mudah
membuat semua wanita jatuh cinta. Namun tak semudah itu mereka bersatu. Selain
trauma Nara, Eun So juga memiliki cinta masa lalu yang belum usai. Rintangan
kian besar ketika sahabat nara masa kecil hadir, mengungkapkan rasa yang telah
sekian lama terpendam.
Eun So
memutuskan menjauh. Muncul lubang besar di hati Nara, lubang yang hanya terisi
oleh pria penuh kejutan itu. Masihkah Nara mengingkari cinta yang
perlahan-lahan menggerogoti hatinya?
C.
Profil
Feminisme dan Identitas Feminisme
Profil yang
dipresentasikan dalam novel ini adalah tokoh aku (pengarang), sebagai suatu
pencerita dan pengamat cerita. Nara sebagai tokoh utama, profil Nara
digambarkan sebagai gadis manis, periang dan baik hati yang sedang menempuh
pendidikan di salah satu universitas di Seoul, Korea Selatan. Gadis cantik,
tinggi semampai dan patuh terhadap orangtua.
Eun So sebagai
orang yang dicintai Nara, Ji Seo sebagai sahabat masa kecil Nara, Tae In
sebagai teman Nara. Dari cerita dapat diketahui bahwa Nara adalah sosok ceria
yang juga setia. Terbukti bahwa dia tetap setia pada satu perasaan masa lalunya
meski tanpa ada sebuah ikatan (pacaran). Tidak berbeda dengan Eun So yang juga
tetap setia menunggu kekasihnya selama tiga tahun, meski kekasihnya telah
mengkhianati dengan menikah dengan orang lain.
“ Aku harus
bagaimana? “
Eun So seakan
berat untuk mengatakan sepatah katapun . Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu apakah aku masih
bisa mencintai Nari (kekasih yang telah mengkhianati Eun So) lagi?” terdapat pada halaman 136.
Ji seo pria
periang dan sedikit pemalu, sahabat kecil Nara yang diam-diam menyukai Nara
sejak mereka masih tinggal di jeru, kota tempat tinggal Nara sebelum pindah ke
Seoul.
“Dia teman
kecilku sewaktu masih di Jeju, jawab Nara” halaman 126).
“Aku tidak
menyangka kau bisa mengatakan semua itu Ji Seo” kata Nara.
“Kau tidak
pernah tahu kan kalau selama ini aku menyukaimu”, jawab Ji Seo.
“Benar, tapi
itu dulu, sama seperti kau, aku juga selalu tersakiti dengan perasaanku
terhadapmu, terlebih karena kau sangat jarang pulang ke Jeju” timpal Ji Seo
lagi. (Pada novel halaman 163)
Tae In adalah
teman kampus sekaligus tetangga Nara yang baik dan selalu mengkhawatirkan
keadaan Nara. Terbukti dia sangat panik ketika temannya tersebut pergi tanpa
memberi kabar, sampai Tae In lupa makan karena memikirkan temannya itu.
Terbukti pada
novel tersebut halaman 110, yang berupa percakapan antara Ibu dan Tae In:
“Memangnya
sebelumnya dia tidak bilang akan pergi?”
“Apa
keluarganya punya masalah?”
“Tidak, jawab
Tae In, sepi sekali kampus ini beberapa hari tanpa Nara”.
“Ya sudah,
berdoa sja, semoga dia baik – baik saja, kata ibu Tae In”.
Nara mempunyai
sifat yang agak aneh, karena ketika sedang marah, kesal, ataupun sedih, Nara
suka makan ice cream yang sangat banyak untuk menghilangkan suntuknya
tersebut. ( Terbukti pada novel halaman 23 tentang sifat Nara tersebut)
Mata Eun So
terus tertuju pada tiga mangkok ice cream kosong yang ada dihadapannya.
Lalu dia menatap Nara yang tengah menatap Nara melahap satu mengkok ice
cream lagi setelah menghabiskan tiga mangkok.
“Ada apa
denganmu? Eun So mulai khawatir dengan keadaan Nara. Makannya pelan-pelan saja,
jangan rakus seperti itu”.
“Maaf,
seharusnya aku tidak seperti ini, kata Nara yang sekarang sedang menghapus air
matanya”. Aku biasa melakukannya ketika sedang dalam masalah besar.
Nara tak habis
pikir, mengapa wanita diciptakan lebih rendah selangkah dibanding laki-laki,
sehingga dia tidak mau menyalahi kodratnya untuk mengungkapkan perasaannya
terlebih dahulu. Watak Nara inilah yang mempresentasikan ideologi feminisme
(paham perempuan yang berupaya memperjuangkan hak-hak perempuan sebagai kelas
sosial).
Tokoh Eun So
dan Jie Seo juga merupakan watak yang menggambarkan ideologi feminisme, tetapi
watak mereka bukanlah sosok yang menggambarkan pembela hak-hak perempuan,
melainkan sifat mereka yang tidak gentelman yang menggambarkan ideologi
feminisme tersebut. Keduanya memiliki rasa yang sama terhadap satu wanita (
Nara) tetapi tidak berani mengungkapkan rasa itu secara langsung. Eun So yang
mengungkapkan setelah kekasihnya kembali dan berniat melupakan kekasihnya,
sementara Jie Seo memendam rasa itu ketika mereka masih kecil dan baru berani
mengungkapkan ketika mereka sudah beranjak dewasa.
Peran tokoh
tambahan adalah pada sosok Park Im yaitu teman kampus Nara sekaligus sahabat
lama Jung Ah, lelaki yang dicintai Nara sejak mereka masih duduk di bangku SMA,
namun semua berubah ketika dihari perpisahan Jung Ah memperkenalkan kekasihnya
pada semua teman-teman mereka.
Tokoh selanjutnya adalah Ibu Tae In, yang
menyayangi Nara sudah seperti anak kandungnya sendiri, karena sudah lama
menjadi tetangga Nara dan juga sahabat dari Tae In.
D.
Ideologi
lain yang terdapat dalam Novel “Love You All the Way”.
Ideologi Ibuisme
Dilihat dari
sosok ibu Tae In yang begitu menyayangi Nara, beliau juga begitu cemas ketika
beberapa hari tidak mendengar kabar Nara. Terbukti pada novel tersebut halaman
110, yang berupa percakapan antara Ibu dan Tae In:
“Memangnya
sebelumnya dia tidak bilang akan pergi?”
“Apa
keluarganya punya masalah?”
“tidak, jawab
Tae In, sepi sekali kampus ini beberapa hari tanpa Nara”. “ya sudah, berdoa sja, semoga dia baik – baik
saja, kata ibu Tae In”.
Itulah
hasil analisis sebuah novel karya Ayu Ridhias yang berjudul “Love You All the
Way” berideologi feminisme, jika terdapat kesalahan saya selaku penganalisis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Assalamualaikum wr.wb.
0 komentar:
Posting Komentar