MEDIA
PEMBELAJARAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAHASA INDONESIA
OLEH :
NAMA :
NURHAYATI
KELAS : 4 E
NPM :
136210938
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
2014/2015
MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MONOPOLY
.
Pada
pembuatan media kali ini, salah satu bahan yang digunakan adalah koran bekas.
Dari koran ini yang kelompok kami ambil adalah huruf-hurufnya untuk menyusun
kata-kata pada papan monopoly.
Selanjutnya
adalah alat-alat yang digunakan untuk membuat media seperti, gunting,
penggaris, arang, pensil dan kardus bekas.
Ini adalah
gabungan dari papan monopoly dengan gambar ilustrasi pada cerita rakyat Batang
Tuaka.
Ini
adalah papan monopoly yang dibuat menggunakan sampul buku bekas dan sampul LKS
bekas. Sedangkan untuk tulisan monopoly yang digunakan adalah arang. Untuk
tulisan lainnya yang digunakan adalah potongan-potongan huruf pada kardus
makanan ringan.
Ini
merupakan gambar ilustrasi pertemuan antara Tuaka yang sudah kaya raya dengan
ibunya yang miskin. Gambar ini dibuat dengan menggunakan arang dan gabungan
dari potongan-potongan kertas kado, sampul buku, huruf pada koran, tali rafia,
dan juga bungkus rokok bekas.
Pada tahap selanjutnya adalah pembuatan dadu
dan kartu-kartu data. Kartu data dibuat dari potongan kardus bekas yang agak
lonjong, berfungsi sebagai tempat diletakkannya pertanyaan dan hukuman. Dadu
terbuat dari kardus. Namun pada saat perbaikan media, kami merubah dadu yang
awalnya terbuat dari kardus menjadi terbat dari tanah liat. Sedangkan kartu
data berubah menjadi sampul buku tulis bekas, dan untuk tempat dadunya sendiri
kami menggunakan botol minuman bekas.
Nah,
ini adalah foto setelah semua media kami selesai. Diatas kepala kami ada kepala
bernomor yang terbuat dari daun nangka hijau dan daun nangka kering yang kami
kaitkan satu dengan yang lain menggunakan lidi. Sekian penjelasan media dari
kelompok 2, untuk penjelasan secara rinci bisa dilihat di bawah ini!
BATANG TUAKA
(cerita rakyat dari Indragiri, Riau).
Pada masa dahulu, di tanah Indragiri hiduplah seorang wanita
bersama dengan seorang anak laki-lakinya
bernama Tuaka. Mereka berdua hidup di sebuah gubuk tua yang berada di daerah
muara sungai. Ayah Tuaka telah lama meninggal, dan kedua anak dan ibu tersebut
saling menyayangi. Tuaka selalu membantu ibunya untuk menghidupi keluarga.
Mereka kerap pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan kemudian dijual di
kota.
Pada suatu ketika, saat pulang dari hutan untuk mencari kayu
bakar, Tuaka dan ibunya melihat dua ekor ular yang besar sedang berkelahi.
Mereka pun cepat berlindung untuk bersembunyi. Setelah diamati, rupanya
perkelahian antara dua ekor ular tersebut sedang memperebutkan sebutir permata.
Akhirnya, salah seekor dari ular tersebut mati terbunuh. Sementara seekor yang
masih hidup tubuhnya penuh dengan luka-luka. Tuaka dan ibunya kemudian membawa
ular yang masih hidup tersebut dan merawat lukanya untuk disembuhkan.
Beberapa hari kemudian, ular tersebut pun sembuh dan
menghilang begitu saja dari rumah Tuaka. Ia meninggalkan sebutir permata di
dalam keranjang. Tuaka dan ibunya terheran-heran menyaksikan keindahan dari
permata yang ditinggalkan tersebut.
“Mengapa ular itu meninggalkan permatanya ya, Mak?” tanya
Tuaka kepada ibunya.
“Mungkin ia ingin mengucapkan terimakasih kepada kita. Sebaiknya permata itu kita jual saja dan hasilnya kita gunakan untuk mengembangkan perdagangan.” Sahut Ibu Tuaka penuh rasa syukur. Akhirnya Tuaka pun menjual permata tersebut. Ia menjual permata itu kepada seorang saudagar dengan harga yang sangat tinggi. Sampai-sampai uang saudagar tersebut tidak cukup untuk membayarnya secara lunas. Akhirnya, Tuaka pun diajak ke Temasik untuk menjemput semua uang dari hasil penjualan permata tersebut. Setelah berpamitan dengan ibunya, Tuaka pun ikut saudagar tersebut ke daerah Temasik (Singapura).
“Mungkin ia ingin mengucapkan terimakasih kepada kita. Sebaiknya permata itu kita jual saja dan hasilnya kita gunakan untuk mengembangkan perdagangan.” Sahut Ibu Tuaka penuh rasa syukur. Akhirnya Tuaka pun menjual permata tersebut. Ia menjual permata itu kepada seorang saudagar dengan harga yang sangat tinggi. Sampai-sampai uang saudagar tersebut tidak cukup untuk membayarnya secara lunas. Akhirnya, Tuaka pun diajak ke Temasik untuk menjemput semua uang dari hasil penjualan permata tersebut. Setelah berpamitan dengan ibunya, Tuaka pun ikut saudagar tersebut ke daerah Temasik (Singapura).
Setibanya di Temasik, saudagar tersebut pun membayarkan uang
penjualan permata tersebut kepada Tuaka. Uang yang diperoleh sangat banyak dan
berlimpah, sampai-sampai Tuaka lupa untuk kembali pulang ke kampung menemui
ibunya. Ia pun berdagang di Temasik sampai kemudian ia berhasil mengembangkan
usahanya dan menjadi seorang pengusaha kaya raya. Rumahnya sangat megah, ia
memiliki banyak kapal dan mempunyai istri yang cantik. Ia sudah melupakan
ibunya yang miskin dan tinggal di kampung halaman.
Pada suatu ketika, Tuaka mengajak istrinya berlayar
menggunakan kapal yang megah ke suatu tempat. Sampai kemudian ia tiba dikampung
halamannya. Akan tetapi, Tuaka tidak menceritakan kepada istrinya mengenai
kondisinya yang sebenarnya di kampung halaman. Ia malu dengan keadaan ibunya
yang sudah tua dan miskin. Kabar kedatangan Tuaka ke kampung halamannya
tersebut pun terdengar oleh sang ibu. Ibunya bergegas ingin menemui Tuaka. Ia
mengayuh sampan dan mendekati kapal besar milik Tuaka.
“Tuaka anakku. Emak merindukanmu, nak,” teriak emak dari
sampan.
“Siapa gerangan wanita tua itu,” tanya istri Tuaka. Tuaka yang malu mengetahui emaknya yang tua dan miskin datang ke kapal megahnya, pura-pura tidak mengenalinya.
“Siapa gerangan wanita tua itu,” tanya istri Tuaka. Tuaka yang malu mengetahui emaknya yang tua dan miskin datang ke kapal megahnya, pura-pura tidak mengenalinya.
“Hei penjaga, jauhkan wanita tua miskin itu dari kapalku.
Dasar orang gila tak tahu diri! Beraninya dia mengaku sebagai emakku,” teriak
Tuaka.
Emak Tuaka pun pergi menjauh dengan sedih. “Oh Tuhan...
ampunilah dosa Tuaka karena telah durhaka kepadaku. Berilah dia peringatan agar
menyadari kesalahannya,” ratap Emak Tuaka. Rupanya Tuhan mendengar ratapan emak
Tuaka. Tiba-tiba Tuaka berubah menjadi seekor elang dan istrinya menjadi seekor
burung punai. Emak Tuaka terkejut dan juga sedih melihat anaknya berubah
menjadi burung elang, karena emak pun masih menyayangi anaknya tersebut. Burung
elang dan burung punai itu pun terus berputar-putar sambil menangis di atas
emak Tuaka. Air mata kedua burung itu terus menetes dan membentuk sungai kecil
yang semakin lama semakin besar. Sungai itu kemudian diberi nama Sungai Tuaka
(Batang Tuaka).
Penjelasan Media
Pembelajaran yang dibuat oleh Kelompok 2 :
1. NamaKelompok :
2. Anggota :
a. Nurhayati (136210938)
b. RahmaHayatiArif (136211421)
c. Rika Agustina (136211419)
3. Nama media
: Monopoly Batang Tuaka
4. Bahan-bahan pembuatan media
a. Kardus bekas
b. Arang kayu dan arang tempurung
c. Nasi sebagai lem
d. Sampul buku tulis bekas
e. Daun nangka
f. Lidi
g. Batu kerikil
h. Lemkertas
i.
Tali raffia
bekas
j.
Koran bekas
k. Kalender
l.
Tanah liat
m. Botolminumanbekas
n. Kotakmakananringan
5. Alat-alat:
1. Gunting
2. Pisau
6. Langkah-langkah :
a. Membuat papan monopoli, gunting kardus
berukuran besar kemudian beri garis untuk membuat kotak yang terdiri dari
masing-masing enam kotak pada bagian atas dan bagian bawah.
b. Membuat kartu sebanyak 25 buah terdiri dari 15
kartu pertanyaan dan 10 kartu hukuman.
c. Membuat dadu menggunakan tanah liat dengan
cara membuat sebuah bentuk bangunan kotak dan memberi titik-titik besar yang
melambangkan angka pada dadu, kemudian di jemur di bawah sinar matahari sampai
mengeras.
d. Membuat kepala bernomor dari daun nangka dan
disambungkan setiap daun menggunakan lidi. Kepala bernomor ini akan dipakai
oleh peserta yang mengikuti pelajaran.
e. Membuat bintang dari karton bekas makanan
ringan sebagai reword atau penghargaan bagi peserta yang bisa menjawab
pertanyaan. Bintang berwarna merah sebagai tanda peserta tidak bisa menjawab
pertanyaan. Bintang berwarna putih atau silver diibaratkan sebagai perak
sebagai tanda bahwa peserta menjawab kurang tepat atau benar setengah saja,
sedangkan bintang berwarna kuning diibaratkan sebagai emas sebagai tanda bahwa
peserta dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan sempurna.
7. SasaranPembelajaran:
Untuksiswakelas
V SekolahDasar
8. Materi:
Mendengarkanceritarakyat.
9. Langkah –langkahpenerapan :
a. Peserta terdiri dari tiga orang yang
masing-masingnya akan mendapatkan nomor di kepalanya yang terbuat dari daun
nangka yang dihubungkan dengan lidi.
b. Setiap peserta akan mendapatkan sebuah batu
kerikil sebagai tanda dimana letak posisi mereka saat bermain monopoly.
c. Peserta akan mendapat giliran yang sama untuk
mengocok dadu dimulai dari start kemudian menjalankan batu sesuai angka yang
keluar dari dadu.
d. Saat itu kita sudah mengetahui dimana posisi
batu kita berada, apakah ada di kotak pertanyaan, hukuman atau dialihkan ke
kotak lain.
e. Setiap peserta wajib menjawab pertanyaan dan
menjalankan hukuman sesuai kartu yang peserta ambil di bagian tengah kotak
monopoly.
f. Permainan akan berlangsung kurang lebih 20
menit sebagai batas untuk mengetahui siapa peserta yang mendapatkan point
tertinggi dilihat dari perolehan bintang berwarna kuning atau bintang emas.
10. Kelebihan:
Mengubahpola
piker siswabahwapermainan monopoly yang
identikdenganuangjugabisadigunakansebagai media pembelajaran.
11. Kekurangan:
Tidakbisamembuat
media pembelajarandengan budget 0 rupiah.
12. Anggaran:
Rp 1.000
untukpembelianlem.
0 komentar:
Posting Komentar